Rabu, 07 Oktober 2020

Tuhan, Ada Apa dengan Negeriku

 

Tuhan..

Aku memang tak tahu

Bisa jadi paham pun hanya membisu

Apa yang terjadi di setiap senti tanah negeriku

 

Ada hingar bingar yang  menyesakkan

Saat para mahasiswa kembali turun ke jalan

Kala para sebagian saudara kami turut menggemakan

 

Apa yang menjadi sesak, Tuhan?

Parau mereka hampa di depan aksara berbayar

Kelu mereka sumbang di hadapan para penenteng dolar

 

Parau yang melengking tipis

hatta jerit pun tak kuasa mengikis

Kelu yang tepaku kaku

sampai ucap pun berhasil mengutuk sembilu

 

Tuhan, yakinkah keadaan negeri ini adalah kehendak-Mu?

Apakah karena para pemuka agama tak mampu jadi jembatan risalah-Mu?

Atau karena para cerdik cendekia tak mampu jadi corong pesan-Mu?

 

Apakah akibat gunungan dosa para hamba-Mu negeri ini?

Karena kelalaian yang tak kunjung berbalik?

Karena kepatuhan yang mulai menipis?

 

Tuhan, jangan biarkan kami berseteru dengan saudara sendiri

Lemparkan granat peringatan-Mu agar kami sadar diri!

Tulis ketetapan-Mu agar kami saling menelisik hati!

 

Tuhan, ada apa dengan negeriku ini?

Apakah dosaku pun turut mengiringi?

 

A_Kar

Tasikmalaya, 071020

Investasi Mati

 

Atas dalih investasi

Kau gadaikan anak negeri

Yang selama ini mengais bulir emas di antara kerikil

 

Atas dalih investasi

Kau lanjutkan jilid cerita pekerja rodi

yang hanya mampu mengendus aroma peti

memuat barang tambang bermutu tinggi

tanpa pernah merasakan indahnya kaki

terbelit rantai kuning yang memikat hati

 

Atas dalih investasi

Kau ketuk palu di antara deritan pilu

Kau tenteng map yang bergamit debu

Puluhan narasi ketimpangan kau buat bisu

Seakan mata, hati, dan telingamu tercocoki bulu-bulu

 

Wahai, para petinggi negeri!

Tanahmu adalah daratan yang sama dipijak

Airmu merupakan tetesan yang bisa sama direguk

Anginmu sama dengan embusan yang biasa bergerak

 

Apatah sirna darahku dalam ronggamu?

Darah dengan tanah, air, dan angin yang tak semu

Darah yang menggelegakkan rasa cemburu

 

Tak adakah nadiku sama dengan detakmu?

Nadi yang mendegupkan kata merdeka

Nadi yang berurat tajam pada segala jenis perbudakan

 

Kini palumu jadi bengis, Saudara!

Ia laksana cemeti mencambuk punggung anak-anak negeri di bawah investasi asing

Ia menjadi rantai yang membelenggu tangan anak pertiwi untuk jadi budak asing

Ia bak troli pengangkut yang menderit di atas rayuan manis bangsa asing

 

Saudaraku, para Petinggi Negeri

Di mana kini letaknya nurani

yang kau pasang di setiap pojok bumi

yang digembar-gemborkan saat harus memilih

 

“Nuraniku mati,

terlindas oleh antrean investasi

yang mampu gelembungkan dompet agar terus berisi,”

sahutnya lirih setengah berbisik

 

 

A_Kar

Tasikmalaya, 061020

Harga Diri Negeri

 

Mencoba mencari kabar keberpihakan

yang kian terus melilit dan berkelindan

Tak jua kutemukan

namun tak sengaja kudapati serpihan

 

Lembaran koran tadi pagi

yang telah terkoyak kaki

berisi sejumlah warta anak negeri

yang berteriak menggemakan isi hati

 

Mau ke manakah dilangkahkan ujung kaki

Saat para petinggi secara telanjang mengangkangi

Isi perut yang tak mungkin dipaksa berhenti

 

Negeri ini

Porak poranda karena mati

 

Mati hati

Mati diri

Mati kata hati

Mati harga diri

 

A_Kar

Tasikmalaya, 061020