Rabu, 07 Oktober 2020

Investasi Mati

 

Atas dalih investasi

Kau gadaikan anak negeri

Yang selama ini mengais bulir emas di antara kerikil

 

Atas dalih investasi

Kau lanjutkan jilid cerita pekerja rodi

yang hanya mampu mengendus aroma peti

memuat barang tambang bermutu tinggi

tanpa pernah merasakan indahnya kaki

terbelit rantai kuning yang memikat hati

 

Atas dalih investasi

Kau ketuk palu di antara deritan pilu

Kau tenteng map yang bergamit debu

Puluhan narasi ketimpangan kau buat bisu

Seakan mata, hati, dan telingamu tercocoki bulu-bulu

 

Wahai, para petinggi negeri!

Tanahmu adalah daratan yang sama dipijak

Airmu merupakan tetesan yang bisa sama direguk

Anginmu sama dengan embusan yang biasa bergerak

 

Apatah sirna darahku dalam ronggamu?

Darah dengan tanah, air, dan angin yang tak semu

Darah yang menggelegakkan rasa cemburu

 

Tak adakah nadiku sama dengan detakmu?

Nadi yang mendegupkan kata merdeka

Nadi yang berurat tajam pada segala jenis perbudakan

 

Kini palumu jadi bengis, Saudara!

Ia laksana cemeti mencambuk punggung anak-anak negeri di bawah investasi asing

Ia menjadi rantai yang membelenggu tangan anak pertiwi untuk jadi budak asing

Ia bak troli pengangkut yang menderit di atas rayuan manis bangsa asing

 

Saudaraku, para Petinggi Negeri

Di mana kini letaknya nurani

yang kau pasang di setiap pojok bumi

yang digembar-gemborkan saat harus memilih

 

“Nuraniku mati,

terlindas oleh antrean investasi

yang mampu gelembungkan dompet agar terus berisi,”

sahutnya lirih setengah berbisik

 

 

A_Kar

Tasikmalaya, 061020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar