Kamis, 31 Oktober 2019

Hanya PadaMu-lah Memohon Kekuatan


Kurang dari sepekan perhelatan permusyawaratan tingkat nasional akan digelar. Masih ada beberapa data yang harus segera kuselesaikan. Data pimpinan ranting dan cabang dari 9 pimpinan daerah belum masuk. Begitu juga dengan data amal usaha yang mereka miliki. Laporan secara global sudah disusun dan telah dilaporkan langsung ke ketua umum sebelum dicetak. Pencetakan laporan akan dilakukan setelah seluruh lampiran disusun secara kumplit. Semua data, laporan, dan administrasi yang diminta untuk ajang nasional di atas harus diunggah sebelum tanggal 6 November.

Beberapa hari ini isi kepala seakan berisi beberapa treadmill elektrik yang terus bergerak. Bab dua revisi penelitian ini harus rampung malam ini. Esok harus segera berangkat ke Bandung dan tiba di kampus pada waktu shalat Jumat selesai. Masih beberapa lembar yang harus saya sertakan dari draft bab 2 ini. Penambahan beberapa rujukan yang diminta promotor harus dipenuhi. Promotorku yang satu ini memang luar biasa. Dipacunya mahasiswinya ini membaca baca rujukan dalam dan luar negeri. Menetapkan pula batasan minimal karya tulis ilmiah dan jurnal yang harus tercantum. Catatan kaki dan ejaan jeli sekali ia lihat. Sempurna, seakan tulisan ini tak boleh ada kata salah menurut pedoman penulisan karya ilmiah.

Di saat seperti ini, akan teringat kata-kata Kak Rezy beberapa belas tahun lalu. Seorang senior yang mengambil program studi bahasa Jepang di almamater, saat itu. Penampilannya persis seperti Nobita, ups..! Ha... memang benar, makanya ia merupakan salah satu kakak panitia favorit para mahasiswa baru. Apalagi sebagai seksi acara ia jadi lebih mudah dikenal.
 "Setiap tugas pasti selesai. Yakinlah itu..."
Begitu ia katakan di hadapan kami, saat mahasiswa baru mengeluh akan banyaknya tugas dalam program pengenalan kampus di awal masuk kampus. Kata-kata tersebut seperti menjadi obat bius mujarab ketika dihadapkan pada situasi seperti ini. Ya, semua tugas pasti akan selesai, walau dengan cara dan hasil yang tentunya akan berbeda-beda.

Merasa terkejar saat ini, pasti iya. Belum lagi laporan kinerja yang harus dibuat secara dalam jaringan setiap akhir bulan. Ia harus dilampirkan beserta absen yang biasa dilaporkan ke bagian pelayanan terpadu di kantor kementerian kabupaten. Menjelang November ini memang jantung dan pikiran seperti diburu dan dikejar tenggat waktu. Hanya memohon kekuatanNya yang terus dibisikkan setiap saat setiap waktu. Memohon kekuatan menjalani semua ini. Memohon kekuatan agar bisa menyelesaikan semua tugas dengan baik tanpa ada hal fatal yang dilakukan. Menyeru namaNya setiap waktu agar selalu berada mendampingi menyelesaikan semua yang harus ditunaikan. Berharap semua yang dilakukan tak lepas dari namaNya agar segala yang diupayakan punya nilai ibadah di sisiNya. Sangat sayang jika berlelahan ini kelak tanpa arti di hadapanNya. Hanya padaNya memohon kekuatan. Hanya padaNya pula memohon pertolongan. Seperti yang selalu terlantun dalam setiap rakaat, hanya padaMu kami menyembah dan hanya padaMu kami memohon pertolongan.


#30dwc
#30dwcjilid20day15
#30dwcjilid20squad1
#akarmenulis

Menjadi Seorang Tua

Kita gak pernah tahu apa yang menimpa anak-anak kita di tanah rantau saat kita melepas mereka menuntut ilmu di sebuah pesantren. Banyak hal yang mampir di benak kita bahwa anak-anak baik-baik saja tinggal di pondok. Padahal bisa jadi mereka memiliki setumpuk masalah dalam pikiran. Kita gak akan pernah bisa menerka bagaimana anak-anak menjalani kehidupan 24 jam penuh bersama sederet aturan yang ditetapkan. Kecuali teman-temannya ynang hidup membersamai keberadaan napas mereka.

Melakukan hal yang tak selaras aturan bisa jadi terjadi dan dilakukan anak-anak. Entah karena alasan dan sebab apa mereka melakukan hal tersebut, hanya anak-anak yang tahu. Semua orang pasti memiliki itikad baik untuk tidak melakukan hal yang mengecewakan orang tua. Namun, kehidupan tak bisa sepenuhnya mulus mereka jalani. Pengaruh teman, kejenuhan yang menimpa, kelelahan yang mendera, media curhat yang terbatas, komunikasi dengan orang tua yang berjangka, bisa jadi membuat sebagian santri menggunakan hal-hal tersebut sebagian alasan mengabaikan aturan yang ditetapkan.

Kelebaran hati dan keluasan jiwa orang tua menjadi kunci utama menghadapi masalah anak pondok seperti di atas. Apalagi di zaman sekarang ini manakali gadget menjadi barang yang telah menemani kehidupan remaja. Ketergantungan, media pelepas jenuh, dan saran curhat menjadi alasan penggunaan gadget bagi mereka. Tak ayal kemudian, hal-hal di atas menjadikan sebagian anak pondok tak mengindahkan aturan yang ditetapkan untuk tidak menyimpan alat komunikasi tersebut diam-diam di asrama. Pihak pondok pasti memiliki berbagai alasan atas pelarangan tersebut.

Saat anak-anak terjebak masalah yang dipaparkan di atas, yang dilakukan orang tua adalah memahami keadaan jiwa mereka. Kemarahan yang kita miliki dan terluap dari lisan, tak akan bisa menjadi solusi jitu, bahkan justru akan jadi bumerang bagi anak untuk leluasa curhat dengan orang tua. Memahami permasalahan mereka, merasakan kondisi pikiran mereka, empati terhadap perasaan-perasaannya merupakan kunci dalam menyelesaikan permasalahan remaja yang mondok di pesantren. Membuat mereka nyaman berkomunikasi masalah yang mereka hadapi adalah hal utama agar mereka tak lari bercerita masalah kepada orang yang tidak tepat. Walaupun orang tua akan dihinggapi rasa kecewa. Itu lebih baik mereka lakukan, daripada  mereka bersembunyi di balik alasan ketakutan akan kemarahan orang tua. Posisi sebagai orang tua adalah memahami secara mendalam kondisi kejiwaan anak-anak. Itu penting daripada memarahi mereka atas perbuatan mereka yang melanggar aturan.

Jiwa remaja saat ini membutuhkan tempat yang benar-benar nyaman untuk mereka curhat. Pastinya orang tua harus menjadi individu yang paling depan untuk itu. Jangan sampai mereka curhat kepada orang yang tidak tepat, itu malah akan menjadi masalah beruntun yang mengikutinya. Menyimak tuturan buah hati terhadap apa yang dalam perasaannya sore ini. Membuat hati lega ketika ia berani berterus terang dengan lapang dan nyaman. 

Tak perlu marah apalagi menghujat. Zaman mereka saat ini tak sama dengan zaman orang tua hidup di masanya saat remaja dilalui. Kita tak pernah tahu apa yang hinggap dalam pikiran dan hidup anak-anak kita, hanya empati yang dibutuhkan menghadapi hal tersebut dan menanamkan jiwa tanggungjawab terhadap resiko yang akan dihadapi anak-anak setelah itu. Menjadi orang tua zaman sekarang memang harus lebih maju daripada kondisi zaman itu sendiri. Jika tidak, maka akan banyak kecewa menyapa jika kita siap juga menghadapi sebab majunya zaman terhadap buah hati kita. Jadilah orang tua yang bijak, penuh kehangatan, dan nyaman bagi mereka agar mereka tidak mudah mengungkapkan masalah mereka kepada orang yang tidak tepat.

#30dwc
#30dwcjilid20day14
#30dwcjilid20squad1
@30pejuangdwc

Selasa, 29 Oktober 2019

Bismillah, Kuterima dan Kujalankan

Peristiwa tadi siang mengingatkanku pada kisah seorang teman. Sekira dua tahun lalu, ketika kami berkumpul di suatu musyawarah tingkat provinsi kami dipertemukan kembali dengan teman yang dimaksud di atas. Saat kami terpilih dalam tim formatur untuk duduk di pimpinan harian organisasi. Saat itu temanku pernah bertutur, di tengah rapat formatur pembentukan anggota pimpinan.  

“Saya sebetulnya ingin lari dan melepaskan diri. Sudah berpikir dan bertekad untuk tidak lagi berkecimpung dengan segala sesuatu dalam organisasi ini. Ternyata qadarullah, Allah malah memberikan kesempatan lain padaku. Memasukkanku justru menjadi bagian dari pimpinan harian saat ini. Saya lalu introspeksi diri, apakah niatku berlari itu betul-betul sesuai dengan ketentuanNya, atau hanya nafsu saya belaka. Saya merasa, beberapa peristiwa yang dialami akhir-akhir ini memberikan pelajaran, semakin saya ingin menghindar dan berlari dari sesuatu, justru Allah mendekatkanku dengan sesuatu itu. Termasuk saat ini, ketika saya ingin mengundurkan diri dari organisasi, mengapa justru Allah memasukkanku ke dalam jajaran pimpinan harian”. Saat itu ia menjeda tuturannya, menjalinkan jari-jari kedua tangannya, sambil tertunduk menghela napas panjang dan dalam.

“Saya terima amanat ini dengan bismillah. Sambil mengingatkan diri saya untuk mengabdikan diri hingga saya bisa memberi manfaat bagi semua dan sesama. Saya tahu Allah akan memberi saya sesuatu dengan keputusanNya ini.” 
Hembusan napas panjang dan lapang mengiringi paparannya tersebut.Saat itu kami sempat bengong. Salah seorang dari kami menepuk belakang punggungnya dengan motivasi bahwa kita akan bekerja bersama saling membantu dan menopang satu sama lain. 
 
Tadi siang, drama temanku dua tahun lalu itu terulang padaku. Dalam rapat koordinasi dan evaluasi sekolah, saya diberikan amanah memimpin evaluasi akhir semester dan akhir tahun. Ingin menolak sebenarnya, namun karena ini perintah mau tak mau harus dilaksanakan.
Dari lubuk hati, ingin melepaskan diri dari berbagai kegiatan dan program sekolah. Cukup hanya sebagai anggota saja bukan sebagai masinis yang harus menarik gerbong. Tak ingin banyak berpikir dan terlalu lelah dengan segala urusan sekolah, hanya ingin membuntut saja. Ingin fokus pada pencapaian studi yang sedang menghadapi proses akhir. Hanya ingin memusatkan pikiran untuk target yang sedang diburu di akhir dan awal tahun yang akan menjelang. 

Ternyata bapak kepala punya pikiran lain. Sempat menyampaikan keberatan, namun salah seorang teman menegurku untuk menghormati keputusan pimpinan. Teringat kembali dengan teman organisasiku, semakin ingin berlari justru ia semakin didekatkan. Begitulah rupanya yang kurasakan hari ini. Sudah melepas semua hal yang berbau program sekolah, justru Allah mendekatkanku dengan hal yang lain. 

Semua memang tak boleh ada yang diinginkan atau tak diinginkan. Harusnya menerima apapun yang akan terjadi, menerima segala hal yang ada di hadapan mata. Jangan merisaukan hal yang belum tentu terjadi dan jangan gelisah dengan hal yang telah berlalu. Tidak usah merisaukan sesuatu dengan pikiran kita, karena belum tentu yang kita pikirkan terjadi. Yakinkan Allah akan membukakan banyak jalan saat kita pasrah menerima semua ketentuan yang telah Dia gariskan. Walau dalam kesempitan dan kerepotan, Allah pasti telah menyiapkan jalan kemudahan dan kelapangan saat kita pasrah dan rela. Rida dengan segela ketetapanNya tanpa keluh dan gerutu. Memahami apa yang ditetapkan agar semua berbuah pahala dan surga. Akhirnya, dalam renunganku yang dalam. Semakin kita berlari, semakin ia datang menghampiri. Bismillah, kuterima dan akan kujalankan amanat ini.

#30dwc
#30dwcjilid20day13
#30dwcjilid20squad1
@30pejuangdwc