Berawal dari jejaring sosial yang diciptakan Mark Juckerberg,
kami sekelompok anak manusia yang sama-sama pernah merasakan indahnya masa
sekolah dasar, rentang masa yang sangat lama, kurang lebih dua puluh tahun,
mampu menyisakan dan membuat kembali segar rangkaian kenangan kami dulu ketika
berseragam putih merah. Canda tawa kami di masa lalu, ternyata masih menyisakan
banyak tempat dan waktu untuk berbagi, mungkin lebih dari yang sekedar kami
pikirkan awalnya. Berbagi canda, tawa, kisah, baik suka maupun duka, apalagi
bagi yang sudah berkeluarga dan mempunyai momongan ada hal lain, yaitu
bershilaturahmi dengan anggota keluarga lain, dan tentunya berbagi kembali
cerita. Tampaknya akan tambah panjang kotak cerita dan kisah kami, karena dari
beberapa teman yang selama ini eksis hadir dalam beberapa pertemuan, ada yang
sudah menjadi saudara, ada juga tali pertemanan satu sama lain di masa lalu di
jenjang sekolah yang berbeda.
Dari sekian banyak cerita yang terpapar dalam
pertemuan-pertemuan kami, meluncurlah berbagai varian cerita, cerita suka,
banyak, karena kami bisa menahan pipi kami masing-masing sepanjang pertemuan
karena ocehan dan canda tawa kami yang mungkin tak kan pernah habis karena
masing-masing lisan kami punya aneka guyonan dan tingkah yang berbeda-beda.
Namun di balik semua canda tawa kami, di antara cerita dan kisah kami, ternyata
tidak semua hal yang ada bernada riang dan suka, di antara semua itu terselip
kisah-kisah kami yang lain, kisah yang mungkin setiap orang akan berkata,
"Ternyata masih ada yang punya kisah lebih tragis daripada yang saya
alami", atau "Ternyata ada lagi yang lebih sedih daripada saya kisah
hidupnya". itulah dunia, kita masing-masing akan selalu bertanya ketika
Allah menguji kita, "Ya Allah, mengapa Kau timpakan ini kepada
kami?", atau "Mengapa hal ini harus terjadi pada kami?" atau
pertanyaan lainnya yang bernada seakan mengadili keadilan Tuhan dengan apa yang
terjadi dalam kehidupan kita. Dari beberapa cerita teman saya tadi, menyisakan
hikmah yang sangat mendalam dalam diri dan hati saya, ternyata ketika kita
melihat diri kita merenungi perjalanan hidup kita, seakan kitalah orang
satu-satunya di muka bumi ini yang belum dikaruniasi nasib mujur atau nasib
hidup yang lebih beruntung dari yang kita jalani sekarang ini. Secara sadar
atau tidak, kita pernah mendengar atau mengeluarkan ungkapan, "Kamu mah
dah enak, dah jadi PNS, punya gaji bulanan, ada dana pensiun lagi", atau
kilahan teman kita yang jadi PNS kepada teman pengusaha, "kamu atuh yang
enak mah, dapet uangnya tiap hari, kita mah cuma sebulan sekali, itu pun cuma
numpang lewat doang", dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang
seakan-akan apa yang sedang kita jalani saat ini tidak seberuntung teman kita
yang lain jalani. Kalau mungkin diibaratkan dalam peribahasa, rumput tetangga
lebih hijau daripada rumput sendiri. Itu kalau ukurannya hanya duniawi dan
pandangan hidup yang sempit. Padahal masih banyak teman-teman lain yang
hidupnya belum seberuntung dengan apa yang kita jalani saat ini. Inilah mungkin
yang dikatakan sebagai salah satu berkah dari shilaturahmi, memanjangkan usia,
tidak hanya ditilik dari arti harfiah saja, dengan harapan bisa memperpanjang
"jatah hidup" di dunia namun dalam arti yang saya buat sendiri,
memberikan makna hidup lebih luas dan berarti, banyak benarnya, karena saya
pikir ketika seseorang terus berpikir bahwa hidup kita merasa tidak seberuntung
orang lain, kita akan merasakan hidup ini sempit, sesak, tak ada harapan dan
berujung putus asa menghadapi hidup selanjutnya, tapi ketika kita banyak
bershilaturahmi, banyak mendengar, banyak berbagi, kita akan merasakan hal yang
seperti saya ungkapkan tadi, "masih ada ternyata orang yang kehidupannya
belum seberuntung yang saya alami saat ini", atau "Alhamdulillah,
saya mah teu kitu-kitu teuing", hal tersebut bisa membuat kita tambah
bersukur terhadap apa yang Allah anugerakan pada kita, memaknai hidup lebih
positif, dan memandang hidup ke depan dengan lebih optimis.
Bercerita, berbagi,
mendengarkan kisah teman dengan rasa simpati dan empati adalah respon anak
manusia di muka bumi ini demi menyikapi hal yang mungkin tidak positif di mata
sebagian orang, ketidakberuntungan mendapatkan pasangan hidup yang betul-betul
didambakan, ekonomi keluarga yang belum beranjak menuju cukup atau sejahtera,
beban ekonomi dan psikologi ketika fungsi pasangan hidup kita tidak optimal dan
lain sebagainya , merupakan kisah-kisah yang sudah banyak kita lihat dan
saksikan di cerita-cerita film atau sinetron televisi, kisah yang bisa kita
baca di media cetak atau kita dengar dari radio. Namun ketika kisah tersebut
tertutur di hadapan kita dari lisan teman kita sendiri, dipastikan respon kita
akan lain, ada rasa ingin berbagi, mengisi, menguatkan dan memotivasi sampai
menunjukkan hikmah dari segala bentuk kejadian yang telah dipilihkan oleh Sang
Maha Pencipta. Respon inilah yang tak kan tergantikan apalagi bila kita telah
mengetahui kondisi teman kita sebelumnya kita akan tambahkan hal tadi dengan
untaian mutiara doa yang kita panjatkan pada sang Kholiq. Sebuah hubungan
memang bisa menjadikan yang jauh menjadi mendekat atau yang dekat menjadi jauh,
namun saya tidak akan memilih opsi yang kedua dan saya memiliki opsi yang lain
yaitu menjadikan yang dekat lebih peduli dan mampu berempati. Hubungan inilah
yang tak kan tergantikan, hubungan saling peduli dan empati satu sama lain.
Maka, apapun yang terjadi teman, itulah hal yang terbaik yang Allah pilihkan
kepada kita. Puzzle kehidupan kita sudah disediakan oleh Nya. Tugas kita
hanyalah menyusun dan mengatur puzzle tersebut dengan rapi dan benar walau
gambar dari puzzle tersebut adalah gambar yang tidak kita inginkan. Percayalah,
dengan episode kehidupan yang telah Allah pilihkan untuk kita. Dan sebaliknya giliran
kita untuk mampu memilih segala sesuatu yang terbaik yang dapat kita
persembahkan untuk Sang Maha Pemberi Kehidupan. Terima kasih, teman. Segala
cerita kalian inspirasi bagi saya dan kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar