Jumat
pertama sejak belajar, bekerja, dan beribadah di rumah diberlakukan. Masih di
ruang tempat segala buku dan kertas berserak. Tampak pagi cerah, sama seperti
hari-hari yang terlalu. Jalanan tampak sepi, suara tetangga yang memiliki anak
banyak pun tak terdengar pagi ini. Sungguh senyap, hanya ada tingkah burung
pipit yang cuit merdu dan tak begitu nyaring berseling dengan kokok gagah ayam
jantan tetangga.
“Apa
corona tega merusak pagi yang secerah dan secantik ini?”, seketika batinku
berbisik.
Sunyi
sepi, senyap yang ada. Sedikit yang berlalu di atas aspal jalan depan rumah.
Ah, seperti suasana Ramadan rasanya. Ya, suasana hari pertama bulan mulia itu
biasanya seperti ini yang dirasakan.
“Apakah
kali ini anjuran pemerintah berhasil meyakinkan warga untuk tinggal di rumah
saja?”, telisik batin seperti itu.
Apa
pun yang ada di benak kebanyakan masyarakat, untuk tetap tinggal di rumah
harusnya menjadi pilihan. Apalagi bagi mereka yang tak memiliki kepentingan
primer untuk beranjak dari kediaman. Itu lebih baik, dengan harapan proses
untuk meminimalisir dan memutus mata rantai penyebaran virus ini akan efektif.
Bicara
Ramadan, memang tak akan lama lagi menjelang. Ada bayangan yang berkelabat di
angan, akan seperti apa Ramadan nanti di tengah pandemi. Disinyalir menurut
berita yang didengar dari berbagai sumber, Ramadan belum tentu menjadi tempo
virus ini hengkang dari bumi Indonesia. Mengira akan seperti apa Ramadan tahun
ini. Tarawih, taklim, tarling, dan bukber bisa jadi absen dari program tahunan
saat ini. Tarawih masih bisa dilakukan di dalam rumah, kuliah subuh masih bisa
dialihkan secara onine lewat aplikasi yang bisa diunduh. Tarawih keliling dan
buka bersamalah yang akan dicoret dari agenda Ramadan kali ini.
Dua
kegiatan tersebut memilliki keseruan tersendiri saat Ramadan tiba. Tarawih
keliling berikut bukbernya selalu dinanti para warga persyarikatan. Mulai dari
lokasi yang dituju sampai pada menu buka dan makan malam yang disajikan. Ah,
itu sich bukan perkara utama walau tak jarang menjadi bahan perbincangan, bagi
kaum hawa tentunya, haha.
Jadi
sedih menulis itu. Pagi ini semoga tidak banyak berubah, karena berharap
program pemerintah berhasil diterapkan di masyarakat sampai ke tingkat bawah.
Wabah, semoga segera berakhir. Kami, kaum Muslimin ingin menyambut dan mengisi
Ramadan dengan kekhusyukan tanpa disisipi rasa khawatir dan takut.
A_Kar
Singaparna,
20 Maret 2020
#imbascoronaharikelima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar