Banyak cara
mengungkapkan rasa, salah satunya adalah air mata. Banyak kata bijaksana yang
berbicara tentang air mata, di antaranya adalah “air mata berasa asin itu
karenanya air mata adalah garam kehidupan”. Indah nian, kata bijak yang
diutarakan Buya Hamka itu. Namun, tahukah maknanya, Kawan?
Hidup selalu
penuh dengan kejutan. Ia ada dalam asam dan garam kehidupan. Suka duka, bahagia
nestapa, dan liku-liku kehidupan yang lain ada di dalamnya. Asam garam inilah
yang mampu melahirkan air mata. Nestapa dan bahagia akan selalu ada dalam
sebuah berita atau cerita. Air mata akan selalu menjadi bumbu dalam meniti keduanya.
Kenestapaan lebih
sering dan erat dengan air mata. Ia akan mampu mengungkapkan segala rasa yang tak
bisa dilafalkan oleh lisan. Buliran bening itu akan mengalir kala sesak di dada
tak tertahan. Tangis akan menjadi sebuah titik akhir saat beban di dada tak
bisa lagi diwakilkan oleh kalimat. Duka menjadi sebuah keharuan yang sangat
menyakitkan, bagi pribadi atau orang yang menyaksikannya. Rasa yang haru
menyeruak beserta air mata untuk mewakili isi hati. Keharuan yang membisu yang
membuat pilu setiap orang yang menyaksikannya. Ia akan menggariskan foto kelabu
dalam album kehidupan.
Begitu pun
kebahagiaan ia akan mengalirkan buliran bening ini tatkala bahagia tak cukup
hanya dikatakan saja. Rasa bahagia yang sangat mendalam akan memunculkan
buliran dari kelopak mata. Rasa yang tak mampu diungkapkan oleh kata-kata. Rasa
yang biru, sebiru langit yang indah, sebiru lautan lepas, indah memandang,
dengan decak kagum yang teramat sangat. Bahagia jadi bagian air mata yang lain.
Air mata ini akan disambut senyum lebar dan tawa renyah. Ia akan menjadi sebuah
momen indah dalam sebuah fragmen kehidupan.
Nestapa, bahagia
merupakan bagian hidup yang tak bisa dihindari. Mereka akan muncul tanpa bisa
diprediksi. Bekal yang harus disiapkan adalah bagaimana menampilkan sikap
terbaik untuk keduanya. Nestapa bukanlah sebuah hukuman hidup. Kehadirannya tak
akan menjadikan akhir dari sebuah cerita. Bahagia pun belum tentu sebuah hadiah
kehidupan. Mereka berdua ada sama-sama sebagai ujian hidup. Dari mereka
berdualah kualitas hidup ini ditempa.
Nestapa memberikan
kesempatan hidup untuk berkaca dengan proses yang telah dilalui. Ini merupakan
ajang evaluasi. Adakah hal yang harus diperbaiki, karena Tuhan hanya akan
membuat kebaikan bagi para hamba-Nya. Lalu, seberapa besar sabar yang akan
dilahirkan oleh hamba-Nya. Ini yang akan jadi pijakan apakah nestapa akan
berbuah pahala atau sebaliknya.
Adapun bahagia
merupakan ajang refleksi diri, seberapa banyak syukur yang akan dilantunkan
hamba-Nya. Ia pun merupakan ujian, apakah bahagia ini akan berbuah kesyukuran
dan memulangkan semuanya pada zat Yang Maha Mencipta. Kebahagiaan hadir
bukanlah semata usaha manusia, namun ia merupakan bentuk kasih sayang Tuhan di
muka bumi.
Nestapa dan
bahagia keduanya dapat mengundang air mata. Hal yang lebih jauh, apakah
keduanya mampu menghadirkan air mata taubat dan kesyukuran pada Sang Maha
Memberi. Air mata yang terakhir ini merupakan air mata terbaik yang akan
dipersembahkan seorang hamba pada Sang Khalik. Air mata yang akan bersaksi
mengenai sebuah ketulusan dalam penghambaan. Jadikan ia garam terbaik yang
menghasilkan cita rasa kualitas hidup yang layak dipertanggungjawabkan.
#30DWCDay28
#30DWCJilid21
##30DWCJilid21Squad6
@Pejuang30DWC
#akarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar