Selasa, 07 Januari 2020

Garam Kehidupan

Banyak cara mengungkapkan rasa, salah satunya adalah air mata. Banyak kata bijaksana yang berbicara tentang air mata, di antaranya adalah “air mata berasa asin itu karenanya air mata adalah garam kehidupan”. Indah nian, kata bijak yang diutarakan Buya Hamka itu. Namun, tahukah maknanya, Kawan?

Hidup selalu penuh dengan kejutan. Ia ada dalam asam dan garam kehidupan. Suka duka, bahagia nestapa, dan liku-liku kehidupan yang lain ada di dalamnya. Asam garam inilah yang mampu melahirkan air mata. Nestapa dan bahagia akan selalu ada dalam sebuah berita atau cerita. Air mata akan selalu menjadi bumbu dalam meniti keduanya.

Kenestapaan lebih sering dan erat dengan air mata. Ia akan mampu mengungkapkan segala rasa yang tak bisa dilafalkan oleh lisan. Buliran bening itu akan mengalir kala sesak di dada tak tertahan. Tangis akan menjadi sebuah titik akhir saat beban di dada tak bisa lagi diwakilkan oleh kalimat. Duka menjadi sebuah keharuan yang sangat menyakitkan, bagi pribadi atau orang yang menyaksikannya. Rasa yang haru menyeruak beserta air mata untuk mewakili isi hati. Keharuan yang membisu yang membuat pilu setiap orang yang menyaksikannya. Ia akan menggariskan foto kelabu dalam album kehidupan.

Begitu pun kebahagiaan ia akan mengalirkan buliran bening ini tatkala bahagia tak cukup hanya dikatakan saja. Rasa bahagia yang sangat mendalam akan memunculkan buliran dari kelopak mata. Rasa yang tak mampu diungkapkan oleh kata-kata. Rasa yang biru, sebiru langit yang indah, sebiru lautan lepas, indah memandang, dengan decak kagum yang teramat sangat. Bahagia jadi bagian air mata yang lain. Air mata ini akan disambut senyum lebar dan tawa renyah. Ia akan menjadi sebuah momen indah dalam sebuah fragmen kehidupan.

Nestapa, bahagia merupakan bagian hidup yang tak bisa dihindari. Mereka akan muncul tanpa bisa diprediksi. Bekal yang harus disiapkan adalah bagaimana menampilkan sikap terbaik untuk keduanya. Nestapa bukanlah sebuah hukuman hidup. Kehadirannya tak akan menjadikan akhir dari sebuah cerita. Bahagia pun belum tentu sebuah hadiah kehidupan. Mereka berdua ada sama-sama sebagai ujian hidup. Dari mereka berdualah kualitas hidup ini ditempa.

Nestapa memberikan kesempatan hidup untuk berkaca dengan proses yang telah dilalui. Ini merupakan ajang evaluasi. Adakah hal yang harus diperbaiki, karena Tuhan hanya akan membuat kebaikan bagi para hamba-Nya. Lalu, seberapa besar sabar yang akan dilahirkan oleh hamba-Nya. Ini yang akan jadi pijakan apakah nestapa akan berbuah pahala atau sebaliknya. 

Adapun bahagia merupakan ajang refleksi diri, seberapa banyak syukur yang akan dilantunkan hamba-Nya. Ia pun merupakan ujian, apakah bahagia ini akan berbuah kesyukuran dan memulangkan semuanya pada zat Yang Maha Mencipta. Kebahagiaan hadir bukanlah semata usaha manusia, namun ia merupakan bentuk kasih sayang Tuhan di muka bumi. 

Nestapa dan bahagia keduanya dapat mengundang air mata. Hal yang lebih jauh, apakah keduanya mampu menghadirkan air mata taubat dan kesyukuran pada Sang Maha Memberi. Air mata yang terakhir ini merupakan air mata terbaik yang akan dipersembahkan seorang hamba pada Sang Khalik. Air mata yang akan bersaksi mengenai sebuah ketulusan dalam penghambaan. Jadikan ia garam terbaik yang menghasilkan cita rasa kualitas hidup yang layak dipertanggungjawabkan.


#30DWCDay28
#30DWCJilid21
##30DWCJilid21Squad6
@Pejuang30DWC
#akarmenulis




Tidak ada komentar:

Posting Komentar