Kamis, 02 Januari 2020

Empati dari Mata Hati


Menelusuri perjalanan panjang antar kota, mendapati banyak suguhan psikis. Mata hati yang mampu melihat hal yang demikian. Bacaan di sekitar tempat yang dilewati merupakan referensi hati yang sangat berharga. Mata lahir tak akan bisa menangkap pesan yang dalam karena ia hanya bungkus yang sewaktu-waktu bisa dibuang.

Mata hati merupakan jalan dan tempat tumbuhnya empati. Empati yang bisa memunculkan rasa diri ada pada dan terhadap posisi orang lain. Merasakan keadaan, derita, dan kesulitan orang lain mampu membuahkan perilaku bertindak untuk membantu dan menolong. Kepedulian yang muncul didorong dari empati yang mendasar dari dalam diri. 

Memosisikan diri ada dalam kesusahan orang lain perlu ditumbuhkan. Prosesnya melalui pengasahan mata hati. Mengajak diri melihat lebih dalam kondisi yang tertimpa musibah. Sering berinteraksi dengan siapa pun yang sedang tidak dalam keberuntungan. Merenungi ketika hal-hal buruk menimpa diri. Semua merupakan beberapa langkah menuju pengasahan hati. Dengan beberapa hal tersebut, memunculkan sifat ingin menolong, membantu, dan peduli terhadap sesama.

Saat empati muncul, kepedulian pun keluar. Reaksinya akan lebih mudah memahami keadaan orang lain bagaimana pun kondisinya. Lebih mengutamakan untuk menyentuh mereka lebih dalam. Berinteraksi dengan hati. Berkomunikasi dengan penuh perhatian. Hal-hal itulah yang menjadi penyembuh luka bagi penderita walau baru hanya sebatas sebentuk respon lahiriah. Semua akan berbuah dan menjelma menjadi kesetiakawanan, kepedulian, dan menciptakan dunia yang damai, sejahtera. Berempati berarti mengasah mati hati. Semakin lembut hati, semakin mudah dan ringan membantu dan menolong orang lain.



#30DWC
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Squad6
#Pejuang30DWC
#akarmenulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar