Menelusuri
perjalanan panjang antar kota, mendapati banyak suguhan psikis. Mata hati yang
mampu melihat hal yang demikian. Bacaan di sekitar tempat yang dilewati
merupakan referensi hati yang sangat berharga. Mata lahir tak akan bisa
menangkap pesan yang dalam karena ia hanya bungkus yang sewaktu-waktu bisa
dibuang.
Mata
hati merupakan jalan dan tempat tumbuhnya empati. Empati yang bisa memunculkan
rasa diri ada pada dan terhadap posisi orang lain. Merasakan keadaan, derita,
dan kesulitan orang lain mampu membuahkan perilaku bertindak untuk membantu dan
menolong. Kepedulian yang muncul didorong dari empati yang mendasar dari dalam
diri.
Memosisikan
diri ada dalam kesusahan orang lain perlu ditumbuhkan. Prosesnya melalui
pengasahan mata hati. Mengajak diri melihat lebih dalam kondisi yang tertimpa
musibah. Sering berinteraksi dengan siapa pun yang sedang tidak dalam
keberuntungan. Merenungi ketika hal-hal buruk menimpa diri. Semua merupakan
beberapa langkah menuju pengasahan hati. Dengan beberapa hal tersebut,
memunculkan sifat ingin menolong, membantu, dan peduli terhadap sesama.
Saat
empati muncul, kepedulian pun keluar. Reaksinya akan lebih mudah memahami
keadaan orang lain bagaimana pun kondisinya. Lebih mengutamakan untuk menyentuh
mereka lebih dalam. Berinteraksi dengan hati. Berkomunikasi dengan penuh
perhatian. Hal-hal itulah yang menjadi penyembuh luka bagi penderita walau baru
hanya sebatas sebentuk respon lahiriah. Semua akan berbuah dan menjelma menjadi
kesetiakawanan, kepedulian, dan menciptakan dunia yang damai, sejahtera. Berempati
berarti mengasah mati hati. Semakin lembut hati, semakin mudah dan ringan membantu
dan menolong orang lain.
#30DWC
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Squad6
#Pejuang30DWC
#akarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar