Sebuah rasa bisa jadi timbul dari hal-hal yang tak terkira. Ia
muncul dengan berbagai cara dan cerita. Bisa jadi, dua orang yang baru pertama
kali bertemu bisa langsung akrab. Kemudian mengalirlah cerita dari keduanya bak
dua sahabat yang bersua kembali setelah lama tidak bertemu. Ada pula yang hanya
berkomunikasi lewat suara. Beberapa kali percakapan dilakukan, lalu muncul kenyamanan.
Ada lagi yang hanya lewat tulisan saja. Beberapa kali saling berkirim dan
membalas pesan, kemudian menjadi akrab dan malah berani untuk mencurahkan isi
hati.
Jika dipikir, mana bisa dua orang manusia seperti gambaran di atas
bisa langsung akrab tanpa adanya tatap muka dan interaksi fisik sebelumnya.
Sulit rupanya jika hanya baru sekilas bisa langsung cocok dan klop. Mustahil
sepertinya ada dua komunikan yang tidak pernah tahu raut muka masing-masing
bisa menjadi akrab.
Itulah mungkin yang disebut dengan rasa. Muncul tiba-tiba, tanpa
pernah tahu alasan dan sebab kemunculannya. Semua berjalan tanpa rekayasa namun
berasa. Rasa bersemayam di dalam hati. Sanubari menjadi satu-satunya tempat rasa
itu muncul, di dalam dada yang tak seorang pun tahu bagaimana ia memiliki
struktur.
Yang jelas, ia akan timbul begitu saja tanpa bisa dijelaskan secara
ilmiah. Kondisi dan posisi yang sama dengan lawan bicara. Topik pembicaraan
yang pas satu sama lain. Respon positif dari lawan bicara, dan reaksi yang
dimunculkan merupakan beberapa analisis tumbuhnya sebuah rasa. Rasa yang tak
bisa dikatakan mengapa bisa ada.
Rasa inilah yang menjadi dua orang anak manusia menjadi akrab,
serasa dekat padahal belum pernah tatap muka. Rasa ini pula yang menyebabkan
lawan bicara mampu mengungkapkan isi hati tanpa ada prasangka bahwa apa yang
diungkapkannya akan tersebar ke pihak lain. Rasa yang seolah memberikan tanda
bahwa seseorang yang di seberang sana adalah orang baik dan mampu menyimpan
rahasia. Rasa yang tak akan pernah bisa dilogikakan kecuali percaya bahwa yang
mencipta rasa adalah zat Yang Maha Kuasa.
Dari sinilah dipertemukannya, dari Maha Kasih yang mampu
menggetarkan hati setiap jiwa. Mempertemukan dua bilah hati dengan perasaan
yang sama. Menjalin perasaan dengan gelombang emosi yang seimbang. Lalu
memelihara emosi positif ini menjadi sebuah hubungan amikal tanpa sekat. Dialah
yang Maha Memberi simbol rasa pada hati para hamba-Nya.
Bersyukur pada siapa-siapa yang bisa merasakan rasa yang tadi
diungkapkan. Tidak semua orang bisa menjadi seperti itu. Hanyalah mereka yang
mampu memberi respon yang baik yang bisa menjalin rasa dengan baik pula. Mereka
yang bisa memberikan reaksi positif yang mampu menjalin hubungan akrab tanpa
tatap muka. Mereka yang menjadi lawan bicara yang hangat, yang dapat
mengabadikan hubungan walau berjarak tempat dan waktu.
Menjadi orang seperti ini sungguh membahagiakan. Mereka akan
mendapatkan pengalaman yang tak terkira dari hanya sekedar komunikasi dengan
orang sekitar tempat mereka tumbuh dan bergaul. Hal yang tak kalah penting,
mereka adalah orang-orang yang akan menerima segala bentuk kasih sayang bahkan
doa dari lisan-lisan orang yang baru saja dikenal. Menjadi orang yang mampu
menjalin rasa di mana saja dan kapan saja. Tidak ada masa dan ruang yang harus
dipedulikan, karena rasa mereka bisa melampaui berbagai dimensi.
#30DWCDay27
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Squad6
#Pejuang30DWC
#akarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar