Satu
kata dari judul di atas selalu menjadi bahan yang tak kan pernah habis untuk
dibahas. Anak muda, orang tua, yang tinggal di kota, yang tinggal di pelosok
sekalipun, dengan pendidikan tinggi atau tidak pernah sekolahpun, pasti pernah
disinggahi cinta. Ia selalu jadi bumbu kehidupan yang paling kekal. Sebuah ramuan
yang menjadikan kehidupan begitu banyak warna. Bisa jadi seru bisa juga jadi
haru biru karena cinta. Benci, rindu, sayang, cemburu merupakan kata yang kemudian
mengikutinya.
Hari
ini beribu cinta datang. Cinta dari seorang hamba kepada hamba lain. Cinta tanpa
syarat, cinta yang walaupun. Tertumpah ruah dalam keelokan indah yang tiada
tara. Tak akan pernah minta dibayar, tak akan pernah ditimbalbalik, tak akan
pernah dibalas, cinta suci yang tak akan pernah ada ganti.
Melihatnya
tujuh belas tahun lalu menumbuhkan rasa yang tak terkira. Setelah bersakit
melawan berbagai rasa. Sehabis melumpuhkan berpuluh peluh yang tercucur. Sewaktu
rasa putus asa berhasil dibelenggu. Ia hadir dengan jeritan tangis yang memecah
malam. Lengkingannya merupakan taburan bintang yang memenuhi ruangan. Tangisnya
merupakan penawar yang tak terkira.
Menatap
bibir mungilnya, menyenyumi mata sipitnya merupakan tontonan yang
membahagiakan. Kulitnya yang gelap menggemaskan tersembul di dua pipinya yang
bergunung. Hidung mungilnya bagaikan sebuah aksesoris di atas kue tart yang
lezat. Acara menimangnya merupakan suasana yang tak kan terbantahkan indahmya. Memandikannya
menjadi sebuah fragmen monolog yang asik. Memakaikan bajunya merupakan media
menransfer segala mimpi dan harap. Mendengar tangisnya merupakan gendering cinta
yang selalu disambut.
Tujuh
belas tahun itu terasa sebentar, Nak. Ketika kini kau telah berani berjalan
sendiri dari satu ke kota lain. Mendaki gunung yang ingin kau taklukan. Menyusur
pantai yang kau jadikan tantangan. Beberapa tempat air terjun yang selalu
membuatmu penasaran. Betapa waktu ini terlalu singkat untuk terus menimang,
memandikan, memakaikan baju. Menyambut tangismu dan segala macammu sebelum kau
mandiri. Cinta yang membawamu pergi dan cinta pula yang membawamu kembali, ke
sini ke pelukan ibumu. Entah episode cinta apa lagi nanti yang akan kita jelang.
Menapakimu
di tujuh belas saja berhasil menarik ibumu ke masa lalu yang begitu singkat. Semoga
cinta yang akan kau tapaki kelak adalah cinta tanpa tapi. Cinta yang akan
mengharumkan rasa cinta. Cinta yang akan sirna dan datang beserta cinta. Selalu
cinta, dalam segala hal, dalam pikir dalam zikir, dalam hati dalam benak, dalam
hela dalam isak, suka dan duka, dalam segalanya. CintaNya, Sang Pemberi Hidup,
cinta tak terkira. Cintai selalu dan selamanya, di tujuh belas tahun ini bahkan
selamanya. Bersama cinta kita cinta bersama, mengarungi dunia dengan penuh
perasaan cinta. Lahir beserta cinta dan kelak tinggalkan dunia harus pula
dengan segenap cinta.
#30dwc
#30dwcjilid20day10
#30dwcsquad1
@30pejuangdwc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar