Sabtu, 26 Oktober 2019

Tujuh Belas Tahun Cinta



Satu kata dari judul di atas selalu menjadi bahan yang tak kan pernah habis untuk dibahas. Anak muda, orang tua, yang tinggal di kota, yang tinggal di pelosok sekalipun, dengan pendidikan tinggi atau tidak pernah sekolahpun, pasti pernah disinggahi cinta. Ia selalu jadi bumbu kehidupan yang paling kekal. Sebuah ramuan yang menjadikan kehidupan begitu banyak warna. Bisa jadi seru bisa juga jadi haru biru karena cinta. Benci, rindu, sayang, cemburu merupakan kata yang kemudian mengikutinya.

Hari ini beribu cinta datang. Cinta dari seorang hamba kepada hamba lain. Cinta tanpa syarat, cinta yang walaupun. Tertumpah ruah dalam keelokan indah yang tiada tara. Tak akan pernah minta dibayar, tak akan pernah ditimbalbalik, tak akan pernah dibalas, cinta suci yang tak akan pernah ada ganti.

Melihatnya tujuh belas tahun lalu menumbuhkan rasa yang tak terkira. Setelah bersakit melawan berbagai rasa. Sehabis melumpuhkan berpuluh peluh yang tercucur. Sewaktu rasa putus asa berhasil dibelenggu. Ia hadir dengan jeritan tangis yang memecah malam. Lengkingannya merupakan taburan bintang yang memenuhi ruangan. Tangisnya merupakan penawar yang tak terkira. 

Menatap bibir mungilnya, menyenyumi mata sipitnya merupakan tontonan yang membahagiakan. Kulitnya yang gelap menggemaskan tersembul di dua pipinya yang bergunung. Hidung mungilnya bagaikan sebuah aksesoris di atas kue tart yang lezat. Acara menimangnya merupakan suasana yang tak kan terbantahkan indahmya. Memandikannya menjadi sebuah fragmen monolog yang asik. Memakaikan bajunya merupakan media menransfer segala mimpi dan harap. Mendengar tangisnya merupakan gendering cinta yang selalu disambut.

Tujuh belas tahun itu terasa sebentar, Nak. Ketika kini kau telah berani berjalan sendiri dari satu ke kota lain. Mendaki gunung yang ingin kau taklukan. Menyusur pantai yang kau jadikan tantangan. Beberapa tempat air terjun yang selalu membuatmu penasaran. Betapa waktu ini terlalu singkat untuk terus menimang, memandikan, memakaikan baju. Menyambut tangismu dan segala macammu sebelum kau mandiri. Cinta yang membawamu pergi dan cinta pula yang membawamu kembali, ke sini ke pelukan ibumu. Entah episode cinta apa lagi nanti yang akan kita jelang. 

Menapakimu di tujuh belas saja berhasil menarik ibumu ke masa lalu yang begitu singkat. Semoga cinta yang akan kau tapaki kelak adalah cinta tanpa tapi. Cinta yang akan mengharumkan rasa cinta. Cinta yang akan sirna dan datang beserta cinta. Selalu cinta, dalam segala hal, dalam pikir dalam zikir, dalam hati dalam benak, dalam hela dalam isak, suka dan duka, dalam segalanya. CintaNya, Sang Pemberi Hidup, cinta tak terkira. Cintai selalu dan selamanya, di tujuh belas tahun ini bahkan selamanya. Bersama cinta kita cinta bersama, mengarungi dunia dengan penuh perasaan cinta. Lahir beserta cinta dan kelak tinggalkan dunia harus pula dengan segenap cinta. 


#30dwc
#30dwcjilid20day10
#30dwcsquad1
@30pejuangdwc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar