Kita gak pernah tahu apa yang menimpa anak-anak kita di
tanah rantau saat kita melepas mereka menuntut ilmu di sebuah pesantren. Banyak
hal yang mampir di benak kita bahwa anak-anak baik-baik saja tinggal di pondok.
Padahal bisa jadi mereka memiliki setumpuk masalah dalam pikiran. Kita gak akan
pernah bisa menerka bagaimana anak-anak menjalani kehidupan 24 jam penuh
bersama sederet aturan yang ditetapkan. Kecuali teman-temannya ynang hidup
membersamai keberadaan napas mereka.
Melakukan hal yang tak selaras aturan bisa jadi terjadi dan
dilakukan anak-anak. Entah karena alasan dan sebab apa mereka melakukan hal
tersebut, hanya anak-anak yang tahu. Semua orang pasti memiliki itikad baik
untuk tidak melakukan hal yang mengecewakan orang tua. Namun, kehidupan tak
bisa sepenuhnya mulus mereka jalani. Pengaruh teman, kejenuhan yang menimpa,
kelelahan yang mendera, media curhat yang terbatas, komunikasi dengan orang tua
yang berjangka, bisa jadi membuat sebagian santri menggunakan hal-hal tersebut
sebagian alasan mengabaikan aturan yang ditetapkan.
Kelebaran hati dan keluasan jiwa orang tua menjadi kunci
utama menghadapi masalah anak pondok seperti di atas. Apalagi di zaman sekarang
ini manakali gadget menjadi barang yang telah menemani kehidupan remaja. Ketergantungan,
media pelepas jenuh, dan saran curhat menjadi alasan penggunaan gadget bagi
mereka. Tak ayal kemudian, hal-hal di atas menjadikan sebagian anak pondok tak
mengindahkan aturan yang ditetapkan untuk tidak menyimpan alat komunikasi
tersebut diam-diam di asrama. Pihak pondok pasti memiliki berbagai alasan atas
pelarangan tersebut.
Saat anak-anak terjebak masalah yang dipaparkan di atas,
yang dilakukan orang tua adalah memahami keadaan jiwa mereka. Kemarahan yang
kita miliki dan terluap dari lisan, tak akan bisa menjadi solusi jitu, bahkan
justru akan jadi bumerang bagi anak untuk leluasa curhat dengan orang tua. Memahami
permasalahan mereka, merasakan kondisi pikiran mereka, empati terhadap
perasaan-perasaannya merupakan kunci dalam menyelesaikan permasalahan remaja
yang mondok di pesantren. Membuat mereka nyaman berkomunikasi masalah yang mereka
hadapi adalah hal utama agar mereka tak lari bercerita masalah kepada orang
yang tidak tepat. Walaupun orang tua akan dihinggapi rasa kecewa. Itu lebih
baik mereka lakukan, daripada mereka
bersembunyi di balik alasan ketakutan akan kemarahan orang tua. Posisi sebagai
orang tua adalah memahami secara mendalam kondisi kejiwaan anak-anak. Itu
penting daripada memarahi mereka atas perbuatan mereka yang melanggar aturan.
Jiwa remaja saat ini membutuhkan tempat yang benar-benar
nyaman untuk mereka curhat. Pastinya orang tua harus menjadi individu yang
paling depan untuk itu. Jangan sampai mereka curhat kepada orang yang tidak
tepat, itu malah akan menjadi masalah beruntun yang mengikutinya. Menyimak tuturan
buah hati terhadap apa yang dalam perasaannya sore ini. Membuat hati lega
ketika ia berani berterus terang dengan lapang dan nyaman.
Tak perlu marah
apalagi menghujat. Zaman mereka saat ini tak sama dengan zaman orang tua hidup
di masanya saat remaja dilalui. Kita tak pernah tahu apa yang hinggap dalam
pikiran dan hidup anak-anak kita, hanya empati yang dibutuhkan menghadapi hal
tersebut dan menanamkan jiwa tanggungjawab terhadap resiko yang akan dihadapi
anak-anak setelah itu. Menjadi orang tua zaman sekarang memang harus lebih maju
daripada kondisi zaman itu sendiri. Jika tidak, maka akan banyak kecewa menyapa
jika kita siap juga menghadapi sebab majunya zaman terhadap buah hati kita. Jadilah
orang tua yang bijak, penuh kehangatan, dan nyaman bagi mereka agar mereka
tidak mudah mengungkapkan masalah mereka kepada orang yang tidak tepat.
#30dwc
#30dwcjilid20day14
#30dwcjilid20squad1
@30pejuangdwc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar