Selasa, 29 Oktober 2019

Bismillah, Kuterima dan Kujalankan

Peristiwa tadi siang mengingatkanku pada kisah seorang teman. Sekira dua tahun lalu, ketika kami berkumpul di suatu musyawarah tingkat provinsi kami dipertemukan kembali dengan teman yang dimaksud di atas. Saat kami terpilih dalam tim formatur untuk duduk di pimpinan harian organisasi. Saat itu temanku pernah bertutur, di tengah rapat formatur pembentukan anggota pimpinan.  

“Saya sebetulnya ingin lari dan melepaskan diri. Sudah berpikir dan bertekad untuk tidak lagi berkecimpung dengan segala sesuatu dalam organisasi ini. Ternyata qadarullah, Allah malah memberikan kesempatan lain padaku. Memasukkanku justru menjadi bagian dari pimpinan harian saat ini. Saya lalu introspeksi diri, apakah niatku berlari itu betul-betul sesuai dengan ketentuanNya, atau hanya nafsu saya belaka. Saya merasa, beberapa peristiwa yang dialami akhir-akhir ini memberikan pelajaran, semakin saya ingin menghindar dan berlari dari sesuatu, justru Allah mendekatkanku dengan sesuatu itu. Termasuk saat ini, ketika saya ingin mengundurkan diri dari organisasi, mengapa justru Allah memasukkanku ke dalam jajaran pimpinan harian”. Saat itu ia menjeda tuturannya, menjalinkan jari-jari kedua tangannya, sambil tertunduk menghela napas panjang dan dalam.

“Saya terima amanat ini dengan bismillah. Sambil mengingatkan diri saya untuk mengabdikan diri hingga saya bisa memberi manfaat bagi semua dan sesama. Saya tahu Allah akan memberi saya sesuatu dengan keputusanNya ini.” 
Hembusan napas panjang dan lapang mengiringi paparannya tersebut.Saat itu kami sempat bengong. Salah seorang dari kami menepuk belakang punggungnya dengan motivasi bahwa kita akan bekerja bersama saling membantu dan menopang satu sama lain. 
 
Tadi siang, drama temanku dua tahun lalu itu terulang padaku. Dalam rapat koordinasi dan evaluasi sekolah, saya diberikan amanah memimpin evaluasi akhir semester dan akhir tahun. Ingin menolak sebenarnya, namun karena ini perintah mau tak mau harus dilaksanakan.
Dari lubuk hati, ingin melepaskan diri dari berbagai kegiatan dan program sekolah. Cukup hanya sebagai anggota saja bukan sebagai masinis yang harus menarik gerbong. Tak ingin banyak berpikir dan terlalu lelah dengan segala urusan sekolah, hanya ingin membuntut saja. Ingin fokus pada pencapaian studi yang sedang menghadapi proses akhir. Hanya ingin memusatkan pikiran untuk target yang sedang diburu di akhir dan awal tahun yang akan menjelang. 

Ternyata bapak kepala punya pikiran lain. Sempat menyampaikan keberatan, namun salah seorang teman menegurku untuk menghormati keputusan pimpinan. Teringat kembali dengan teman organisasiku, semakin ingin berlari justru ia semakin didekatkan. Begitulah rupanya yang kurasakan hari ini. Sudah melepas semua hal yang berbau program sekolah, justru Allah mendekatkanku dengan hal yang lain. 

Semua memang tak boleh ada yang diinginkan atau tak diinginkan. Harusnya menerima apapun yang akan terjadi, menerima segala hal yang ada di hadapan mata. Jangan merisaukan hal yang belum tentu terjadi dan jangan gelisah dengan hal yang telah berlalu. Tidak usah merisaukan sesuatu dengan pikiran kita, karena belum tentu yang kita pikirkan terjadi. Yakinkan Allah akan membukakan banyak jalan saat kita pasrah menerima semua ketentuan yang telah Dia gariskan. Walau dalam kesempitan dan kerepotan, Allah pasti telah menyiapkan jalan kemudahan dan kelapangan saat kita pasrah dan rela. Rida dengan segela ketetapanNya tanpa keluh dan gerutu. Memahami apa yang ditetapkan agar semua berbuah pahala dan surga. Akhirnya, dalam renunganku yang dalam. Semakin kita berlari, semakin ia datang menghampiri. Bismillah, kuterima dan akan kujalankan amanat ini.

#30dwc
#30dwcjilid20day13
#30dwcjilid20squad1
@30pejuangdwc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar