Peristiwa
tadi siang mengingatkanku pada kisah seorang teman. Sekira dua tahun lalu,
ketika kami berkumpul di suatu musyawarah tingkat provinsi kami dipertemukan
kembali dengan teman yang dimaksud di atas. Saat kami terpilih dalam tim
formatur untuk duduk di pimpinan harian organisasi. Saat itu temanku pernah
bertutur, di tengah rapat formatur pembentukan anggota pimpinan.
“Saya
sebetulnya ingin lari dan melepaskan diri. Sudah berpikir dan bertekad untuk
tidak lagi berkecimpung dengan segala sesuatu dalam organisasi ini. Ternyata qadarullah,
Allah malah memberikan kesempatan lain padaku. Memasukkanku justru menjadi
bagian dari pimpinan harian saat ini. Saya lalu introspeksi diri, apakah niatku
berlari itu betul-betul sesuai dengan ketentuanNya, atau hanya nafsu saya
belaka. Saya merasa, beberapa peristiwa yang dialami akhir-akhir ini memberikan
pelajaran, semakin saya ingin menghindar dan berlari dari sesuatu, justru Allah
mendekatkanku dengan sesuatu itu. Termasuk saat ini, ketika saya ingin
mengundurkan diri dari organisasi, mengapa justru Allah memasukkanku ke dalam
jajaran pimpinan harian”. Saat itu ia menjeda tuturannya, menjalinkan jari-jari
kedua tangannya, sambil tertunduk menghela napas panjang dan dalam.
“Saya
terima amanat ini dengan bismillah. Sambil mengingatkan diri saya untuk
mengabdikan diri hingga saya bisa memberi manfaat bagi semua dan sesama. Saya tahu
Allah akan memberi saya sesuatu dengan keputusanNya ini.”
Hembusan napas
panjang dan lapang mengiringi paparannya tersebut.Saat
itu kami sempat bengong. Salah seorang dari kami menepuk belakang punggungnya
dengan motivasi bahwa kita akan bekerja bersama saling membantu dan menopang
satu sama lain.
Tadi
siang, drama temanku dua tahun lalu itu terulang padaku. Dalam rapat koordinasi
dan evaluasi sekolah, saya diberikan amanah memimpin evaluasi akhir semester
dan akhir tahun. Ingin menolak sebenarnya, namun karena ini perintah mau tak
mau harus dilaksanakan.
Dari
lubuk hati, ingin melepaskan diri dari berbagai kegiatan dan program sekolah. Cukup
hanya sebagai anggota saja bukan sebagai masinis yang harus menarik gerbong. Tak
ingin banyak berpikir dan terlalu lelah dengan segala urusan sekolah, hanya
ingin membuntut saja. Ingin fokus pada pencapaian studi yang sedang menghadapi
proses akhir. Hanya ingin memusatkan pikiran untuk target yang sedang diburu di
akhir dan awal tahun yang akan menjelang.
Ternyata
bapak kepala punya pikiran lain. Sempat menyampaikan keberatan, namun salah
seorang teman menegurku untuk menghormati keputusan pimpinan. Teringat kembali
dengan teman organisasiku, semakin ingin berlari justru ia semakin didekatkan. Begitulah
rupanya yang kurasakan hari ini. Sudah melepas semua hal yang berbau program
sekolah, justru Allah mendekatkanku dengan hal yang lain.
Semua
memang tak boleh ada yang diinginkan atau tak diinginkan. Harusnya menerima
apapun yang akan terjadi, menerima segala hal yang ada di hadapan mata. Jangan merisaukan
hal yang belum tentu terjadi dan jangan gelisah dengan hal yang telah berlalu. Tidak
usah merisaukan sesuatu dengan pikiran kita, karena belum tentu yang kita
pikirkan terjadi. Yakinkan Allah akan membukakan banyak jalan saat kita pasrah
menerima semua ketentuan yang telah Dia gariskan. Walau dalam kesempitan dan
kerepotan, Allah pasti telah menyiapkan jalan kemudahan dan kelapangan saat
kita pasrah dan rela. Rida dengan segela ketetapanNya tanpa keluh dan gerutu. Memahami
apa yang ditetapkan agar semua berbuah pahala dan surga. Akhirnya, dalam
renunganku yang dalam. Semakin kita berlari, semakin ia datang menghampiri. Bismillah,
kuterima dan akan kujalankan amanat ini.
#30dwc
#30dwcjilid20day13
#30dwcjilid20squad1
@30pejuangdwc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar