Malam
ini kulewati dengan percakapan whatsapp bersama dua nama yang begitu lekat di
ingatan. Sahabat yang selama ini seakan paling mengerti keadaan yang sedang
dialami. Paham bagaimana bersikap, bertutur, dan merespon hal yang menimpa. Dua
sahabatku ini dua-duanya istimewa, walau
mereka berdua dikenalkan waktu dengan sangat berbeda dan di saat yang
sangat jauh berselisih.
Pertama,
teman SMP dahulu kala. Orang Jawa Tengah mengenalnya sejak kami masih lucu dan
lugu. Tiga tahun bersama menorehkan banyak hal di kenangan kami. Walau tidak enam tahun seperti teman yang lain, tiga tahun itu, terasa beda bersamanya. Ia pindah
sekolah saat kami harus berpisah dengan SLTP. Sampai SLTA kami masih bisa
saling berkunjung walau Cuma satu tahun sekali. Setelah kuliah, lama tak ada kabar,
baru bertahun kemudian kami dipertemukaan saat sudah beranak pinak dan dia saat
itu belum berjodoh. Ketika jodohnya tiba, tak sempat mengahadiri pestanya
karena saat itu tetiba kami hilang kontak.
Terpisah
oleh jarak dan waktu kami dipertemukan kembali lewat FB. Melalui nama yang
beliau punya, akhirnya wajahnya pun kukenali. Hari-hari setelah itu bertambah
ceria dan cerita. Apalagi ketika telah bertutur dan berkisah masa lalu. Selanjutnya
rangkaian persahabatan pun terjalin lancar. Whatsapp memudahkan itu semua. Dengan
fasilitas statusnya kami bisa tahu kondisi
terkini masing-masing. Kami selalu saling men-support, nasib yang
kemudian lebih mengikat emosional kami. Saling menguatkan ketika masing-masing
harus menjalani hidup sebagai pejuang tunggal. Tak mudah memang, dari sini kami
juga saling mendoakan satu sama lain. Harus kuat dan menguatkan, itu yang
selalu kami tuturkan setiap lelah letih mendera.
Sahabat
kedua, dikenalkan oleh keadaan. Ketika akhirnya kami dipertemukan dalam sebuah
organisasi tingkat provinsi. Asalnya jauh dari tanah ayam jantan dari timur. Terdampar
di tanah Jawa karena turut suami. Bekerja sebagai ASN membuatnya tak sempat untuk
dirundung rindu kampung halaman. Mengenalnya baru sekira dua tahun, namun kami
seakan telah kenal sejak lama. Berkomunikasi dengannya nyaman. Curhat pun
langsung membuat plong. Ah, dia yang baru kukenal ternyata bisa mengerti dengan
baik. Memotivasi, memberi jalan keluar, merespon sangat baik curahan hati dan
keluh kesah, dia top sangat. Magister psikologi yang ia sandang bisa jadi yang
menyebabkannya pandai memosisikan diri dan merespon lawan bicara dengan baik. Ibu
dua batita ini merupakan perempuan tangguh. Saat nestapa menerpa tak ada sedikit pun murung
menggelayut. Yang menyamakan kami, karena kami selalu kompak di setiap acara
dan kegiatan. Komunikasi mengalir tanpa friksi. Kerja beriringan tanpa harus
ada perintah dan kata menunggu. Ide dan konsep di kepala selalu hampir sama. Berkolabarasi
dengannya menyenangkan selalu tepat, cermat, teliti, dan sesusai target.
Keduanya
istimewa, keduanya punya kesamaan. Kami berkecimpung di organisasi
keperempuanan yang sama. Yang satu di Jawa Tengah, menikmati perannya di
tingkat kecamatan dan kabupaten. Kami berdua sang magister berada di Jawa Barat
berkiprah di tingkat provinsi. Kesamaan itu
yang menjadikan kami lekat satu sama lain. Walau lain tempat, beda adat,
namun kesamaan itu yang mengikat kami lebih dalam. Visi dan misi kami menjadi
buhul yang terus mengeratkan.
#30dwc
#30dwcjilid20day9
#30dwcjilid20squad1
#30pejuangdwc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar