Rabu, 13 November 2019

Badai Sampah di Musim Hujan

Siang hari ini, akhirnya hujan pun turun. Basah membasuh tanah yang kerontang. Mendung setelah zuhur ini membuncahkan bulir air dari langit. Diawali rembesan tirta yang terjun dari angkasa. Lalu ditingkahi kilatan sinar menyilaukan dari atas bumi. Dan suara gelegar pun terdengar memecah ketenangan. Hujan ini tampak menjadi. Cukup deras melibas kemarau. Rasa hati senang mendengar dentingan air yang menyentuh genting rumah. Tak ada rasa takut yang hinggap, karena badai acap kali jarang terdengar di negeri ini. Satu yang ditakuti, hanya banjir yang akan muncul saat deras hujan terus mengguyur.

Kemunculan banjir bukanlah perkara yang harus ditakuti, karena ia merupakan sebuah peristiwa yang bisa diprediksi dan diantisipasi. Fenomenanya selalu menjadi bahan kewaspadaan, namun antisipasi selalu terlambat diupayakan. Upaya itu merupakan ikhtiar yang harus dijalani oleh setiap mahluk Tuhan. Berupaya merupakan titah Pencipta. Salam hal ini berupaya merupakan kewajiban yang harus dijalani. Apalagi dalam menghindari madarat dan menggapai maslahat.

Cerita banjir memang bahan konsumsi yang berulang saat musim hujan merapat bumi. Penyebab banjir biasa diberitakan karena beberapa lahan hutan yang  gundul berikut alih fungsinya. Kawasan ini seharusnya jadi penopang air hujan dan penahan banjir. Wacana penghentian penggundulan hutan selalu digaungkan, namun sampai saat ini belum menampakkan hasil yang berarti. 

Berita dan cerita banjir pun selalu disertai berita penyertanya. Sebuah lakon yang sampai saat ini belum berhenti. Apalagi kalau bukan sampah. Sampah selalu menjadi bahan berita hangat dan terkini. Penyeleaian sampah ini ternyata masih memerlukan kajian yang panjang agar tidak menjadi bahan keluhan banyak pihak. Sampah yang menyebar di setiap tempat aliran sungai menjadi penyebab banjir yang tak terhindarkan. Selalu menjadi keluhan tanpa solusi.

Masyarakat bisa ambil bagian dalam hal ini. Kesadaran masyarakat pun harus terus dibangun agar kebiasaan membuang sampah pada tempatnya menjadi sebuah kebiasaan. Slogan kebersihan bagian dari iman bagi sebagian kaum Muslim nampaknya baru sebatas hafalan saja. Kebanggaan terhadap dalil kebersihan itu belum menjadi darah daging di kalangan umat. 

Minimnya penyediaan tempat atau bak sampah bisa jadi merupakan faktor kesekian alasan masyarakat membuang sampah sembarangan. Pendirian dan ketersediaan tempat sampah di tempat-tempat strategis menjadi salah satu solusi agar kedisiplinan masyarakat terbangun. Penempatan tempat sampah ini selanjutnya menjadi sebuah tuntutan yang tak bisa dihindarkan. Di komplek perumahan, tempat padat penduduk, fasilitas umum dan sosial, trotoar sepanjang jalan, lapangan, dan di tempat lain yang biasa masyarakat berkegiatan dan berkumpul. Keterjangkauan fasilitas ini bisa meminimalisir kebiasaan membuang sampah sembarangan. Tentu harus didampingi pula dengan penegakan aturan yang tegas.

Ketiadaan dana pemerintah dalam penyediaan tempat atau bak sampah jangan menjadi alasan ketidaksediaan tempat yang satu ini. Para the have dan umat Muslim yang sadar akan hal tersebut bisa bahu-membahu, bergotong-royong, swadaya, dalam mewujudkannya. Hal ini juga bisa menjadi ladang amal dan bahan sedekah jariyah dalam bentuk yang lain. 

Kebermanfaatan tempat sampah ini akan dirasakan sangat berarti oleh banyak orang. Semakin banyak tempat sampah tersedia, semakin maksimal upaya meminimalisir keberadaan sampah di sembarang tempat. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberi manfaat bagi sesama? Akankah kita mengambil bagian dari ini? Jika yakin akan hal itu, yuk, kita lakukan segera dan bersama, agar badai berita sampah penyebab bencana banjir bisa diminimalisir.

#30dwc
#30dwcjilid20day28
#30dwcjilid20squad1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar