Pagi ini rencana meluncur ke Bandung pagi hari sekali, berharap
tiba di kampus tidak terlalu siang. Namun, keinginan tadi buyar saat mendapat
pesan pribadi teman bahwa dirimu telah tiada. Bagai disambar petir di siang
hari, terkejut tak alang kepalang. Tak mendengar kabar dirimu sakit atau menderita
apa, itu yang membuat terkejut dengan mata melongo. Akhirnya, dibukalah
percakapan WA grup, yakin pasti berita ini bertebaran di dalamya. Benar,
ternyata dirimu dikabarkan tak bisa lagi menikmati kefanaan dunia ini bersama
lagi.
Lemas tubuh saat itu, tak bisa melakukan apa-apa, hanya terdiam dan
terpaku oleh suasana hati. Tak percaya, sama sekali sulit dipercaya. Sambil menyandarkan
kepala ke tembok dan terduduk lemas, dibukalah saat itu story WAmu untuk mengetahui
kondisi terkahir sebelum ajal menjemputmu. Ternyata, kau masih bisa menikmati konser
penyanyi maestro yang terkenal `tahun 90-an di sebuah televisi swasta tanah air.
Ada tiga story yang kau unggah, semua pada pukul 21.00-an WIB. Semalaman memang
tak sempat buka WA secara leluasa, karena dikejar target menyelesaikan bahan
untuk bimbingan hari ini.
Teringat perjumpaan terakhir kita beberapa hari lalu. Saat jam
sibuk berangkat sekolah, kau mendapatiku berdiri di pertigaan dekat rumah untuk
menghentikan angkutan umum.
“Hei, kok gak pakai motor?”, tanyamu sambil berlalu bersama kendaraan
setiamu. Masih tertangkap mata saat itu kau mengenakan jaket merah.
“Iya…”, hanya bisa itu jawaban singkat yang diberikan, karena kau
telah berlalu juga dari hadapan melaju di atas roda duamu.
Itu terakhir kali melihatmu. Dan hari-hari yang akan datang, tidak
akan pernah melihatmu lagi melintas di depan rumah. Lalu kau akan berteriak sambil
melintas dengan kata, “Hai….!” Dan berlalulah dirimu bersama si biru kesayanganmu
itu.
Pagi ini, hujan mengiringi kepergianmu. Hujan yang sangat dinanti,
hujan perdana di sepanjang kemarau ini. Hujan ini ternyata yang membuat suasana
semakin pilu dan sendu. Hujan pagi ini, adalah hujan yang semalam turun dengan
deras. Pukul 00.00-an, masih teringat gempita air mengguyur bumi dengan
sukacita. Ternyata di saat itu pula kau sedang meregang nyawa. Tak ada yang
menyangka bahwa sesak napasmu saat itu, merupakan tanda bahwa kau di ambang
sakaratul maut. Kekasih hatimu yang mendampingi hidupmu tiga tahun inipun tak
menyadari jika saat itu, ia akan kehilangan separuh napasnya.
Kesedihan menyelimuti kami, sahabat-sahabatmu. Walau tiga tahun
terkahir ini kita tak lagi mengabdi di sekolah yang sama, 11 tahun kebersamaan denganmu
berhasil menorehkan kenangan yang sangat indah. Semua cerita temanmu berkata,
tak akan ada lagi canda tawa, celoteh renyah, candaan riang dari lisanmu. Tak ada
lagi ruang guru yang selalu hangat dengan canda tawamu. Dirimu memang selalu
ceria, menghangatkan suasana, dan selalu memiliki candaan dan celoteh ringan
yang bisa membuat seisi ruangan tertawa. Walau kau menderita asma sejak kecil,
kau tak pernah mengeluh dengan kondisi kesehatanmu. Yang kami tahu, kau sosok
yang selalu ceria, gembira dan menyenangkan.
Tak akan habis kata menggambarkan dirimu. Berkelebat silih berganti
beberapa episode bersamamu. Percakapan terakhir kita sekira tiga pekan lalu, di
acara pertemuan seorang tokoh politik nasional Di sana tatap muka kita terakhir
kali. Saat kau menemukanku sedang membenahi keperluan acara, kau datang
menawarkan bantuan. Tak ada yang diminta darimu, kecuali permintaan
mendokumentasikan keberadaan kita saat itu. Kau pun mengeluarkan ponsel dan
klik, klik, klik, tiga pose poto terpampang di sana. Itu, poto terkahir
kebersamaan kita. Poto yang tak sempat kuunduh, poto yang saat ini hanya bisa
kupandangi samar gambarnya.
Ajal memang tak kan mengenal waktu dan tempat. Maka, kita harus
bersiap menyambut kepastiannya. Hari ini kau yang dipanggil Sang Khalik, dan
kami sedang menunggu gilirannya. Izrail menghampirimu tanpa tanda, tanpa
berita, maka kami mendapati pelajaran bahwa maut bisa datang kapan saja. Tak akan
terlambat, tak akan menyegera walau sepersejuta detikpun. Ia akan datang sesuai
titah Sang Maha Mencipta. Maka, bersiaplah wahai jiwa, karena setiap dari kalian
pasti akan dijemput maut.
Kepergianmu, Sahabat, memberikan kami nasihat akan hidup dan usia. Kau
yang terlihat sehat dan masih beraktivitas di kamis siang, Allah menjemputmu di
malam harinya. Maut menjemputmu tanpa membisikkan sesuatu. Teriring doa dari
kami sahabatmu, semoga Allah mengampuni dosamu, melapangkan alam kuburmu, dan
menggolongkanmu ke dalam deretan para salihin. Saat tulisan ini selesai
ditulis, saat itu pula kurang lebih 12 jam sudah kau tinggalkan alam fana ini. Hana Agustia Karningsih, S.E., M.M., Allahu
yarham.
#30dwc
#30dwcjilid20day16
#30dwcjilid20squad1
#akarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar