Jumat, 01 November 2019

Maut Akan Menjemput Tanpa Membisikkan Sesuatu

Pagi ini rencana meluncur ke Bandung pagi hari sekali, berharap tiba di kampus tidak terlalu siang. Namun, keinginan tadi buyar saat mendapat pesan pribadi teman bahwa dirimu telah tiada. Bagai disambar petir di siang hari, terkejut tak alang kepalang. Tak mendengar kabar dirimu sakit atau menderita apa, itu yang membuat terkejut dengan mata melongo. Akhirnya, dibukalah percakapan WA grup, yakin pasti berita ini bertebaran di dalamya. Benar, ternyata dirimu dikabarkan tak bisa lagi menikmati kefanaan dunia ini bersama lagi.

Lemas tubuh saat itu, tak bisa melakukan apa-apa, hanya terdiam dan terpaku oleh suasana hati. Tak percaya, sama sekali sulit dipercaya. Sambil menyandarkan kepala ke tembok dan terduduk lemas, dibukalah saat itu story WAmu untuk mengetahui kondisi terkahir sebelum ajal menjemputmu. Ternyata, kau masih bisa menikmati konser penyanyi maestro yang terkenal `tahun 90-an di sebuah televisi swasta tanah air. Ada tiga story yang kau unggah, semua pada pukul 21.00-an WIB. Semalaman memang tak sempat buka WA secara leluasa, karena dikejar target menyelesaikan bahan untuk bimbingan hari ini.

Teringat perjumpaan terakhir kita beberapa hari lalu. Saat jam sibuk berangkat sekolah, kau mendapatiku berdiri di pertigaan dekat rumah untuk menghentikan angkutan umum.
“Hei, kok gak pakai motor?”, tanyamu sambil berlalu bersama kendaraan setiamu. Masih tertangkap mata saat itu kau mengenakan jaket merah.
“Iya…”, hanya bisa itu jawaban singkat yang diberikan, karena kau telah berlalu juga dari hadapan melaju di atas roda duamu.
Itu terakhir kali melihatmu. Dan hari-hari yang akan datang, tidak akan pernah melihatmu lagi melintas di depan rumah. Lalu kau akan berteriak sambil melintas dengan kata, “Hai….!” Dan berlalulah dirimu bersama si biru kesayanganmu itu.

Pagi ini, hujan mengiringi kepergianmu. Hujan yang sangat dinanti, hujan perdana di sepanjang kemarau ini. Hujan ini ternyata yang membuat suasana semakin pilu dan sendu. Hujan pagi ini, adalah hujan yang semalam turun dengan deras. Pukul 00.00-an, masih teringat gempita air mengguyur bumi dengan sukacita. Ternyata di saat itu pula kau sedang meregang nyawa. Tak ada yang menyangka bahwa sesak napasmu saat itu, merupakan tanda bahwa kau di ambang sakaratul maut. Kekasih hatimu yang mendampingi hidupmu tiga tahun inipun tak menyadari jika saat itu, ia akan kehilangan separuh napasnya.

Kesedihan menyelimuti kami, sahabat-sahabatmu. Walau tiga tahun terkahir ini kita tak lagi mengabdi di sekolah yang sama, 11 tahun kebersamaan denganmu berhasil menorehkan kenangan yang sangat indah. Semua cerita temanmu berkata, tak akan ada lagi canda tawa, celoteh renyah, candaan riang dari lisanmu. Tak ada lagi ruang guru yang selalu hangat dengan canda tawamu. Dirimu memang selalu ceria, menghangatkan suasana, dan selalu memiliki candaan dan celoteh ringan yang bisa membuat seisi ruangan tertawa. Walau kau menderita asma sejak kecil, kau tak pernah mengeluh dengan kondisi kesehatanmu. Yang kami tahu, kau sosok yang selalu ceria, gembira dan menyenangkan.

Tak akan habis kata menggambarkan dirimu. Berkelebat silih berganti beberapa episode bersamamu. Percakapan terakhir kita sekira tiga pekan lalu, di acara pertemuan seorang tokoh politik nasional Di sana tatap muka kita terakhir kali. Saat kau menemukanku sedang membenahi keperluan acara, kau datang menawarkan bantuan. Tak ada yang diminta darimu, kecuali permintaan mendokumentasikan keberadaan kita saat itu. Kau pun mengeluarkan ponsel dan klik, klik, klik, tiga pose poto terpampang di sana. Itu, poto terkahir kebersamaan kita. Poto yang tak sempat kuunduh, poto yang saat ini hanya bisa kupandangi samar gambarnya.

Ajal memang tak kan mengenal waktu dan tempat. Maka, kita harus bersiap menyambut kepastiannya. Hari ini kau yang dipanggil Sang Khalik, dan kami sedang menunggu gilirannya. Izrail menghampirimu tanpa tanda, tanpa berita, maka kami mendapati pelajaran bahwa maut bisa datang kapan saja. Tak akan terlambat, tak akan menyegera walau sepersejuta detikpun. Ia akan datang sesuai titah Sang Maha Mencipta. Maka, bersiaplah wahai jiwa, karena setiap dari kalian pasti akan dijemput maut.

Kepergianmu, Sahabat, memberikan kami nasihat akan hidup dan usia. Kau yang terlihat sehat dan masih beraktivitas di kamis siang, Allah menjemputmu di malam harinya. Maut menjemputmu tanpa membisikkan sesuatu. Teriring doa dari kami sahabatmu, semoga Allah mengampuni dosamu, melapangkan alam kuburmu, dan menggolongkanmu ke dalam deretan para salihin. Saat tulisan ini selesai ditulis, saat itu pula kurang lebih 12 jam sudah kau tinggalkan alam fana ini.  Hana Agustia Karningsih, S.E., M.M., Allahu yarham.


#30dwc
#30dwcjilid20day16
#30dwcjilid20squad1
#akarmenulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar