Jumat, 15 November 2019

Bergerak dalam Keterbatasan

Mengikuti sebuah akun literasi di instagram melabuhkan diri pada tantangan 30 hari ini. Awal perjumpaan langsung tertarik, walau bukan cinta pada pandangan pertama. Rasa ragu sempat datang menghampiri. Melihat nominal rupiah yang terbilang sangat murah untuk sebuah program kegiatan literasi. Muncul tanya, apakah program ini benar-benar serius? Kata orang, ada harga ada barang. Apakah bisa program ini mampu menebus dahaga yang terasa?

Mencoba menghubungi narahubung sebagai bagian administrasi program tersebut. Pesan lewat aplikasi WA terjawab olehnya dengan pasti. Nominal rupiah yang sangat terjangkau rupanya menghipnotis. Diikutilah program ini, walau tanda tanya masih bertebaran di dalam benak.

Amazing! Itu kata yang pertama harus terucap demi masuk ke dalam WA grup program literasi yang satu ini. Program dijalankan melalui pembagian kelompok-kelompok kecil yang dinamakan squad. Setiap squad ini berada di bawah tanggung jawab seorang guardian. Dialah orang yang memimpin sekaligus mengoyak-oyak ketidaksadaran para anggota untuk segera mengerjakan dan melunasi tantangan di setiap harinya. Rumah besar program ini diberi nama empire dan penghuninya disebut dengan fighter. Jadi teringat sebuah acara televisi benteng Takeshi akhirnya, lengkap dengan kostum dan berbagai macam permainannya.

Sungguh pengalaman yang luar biasa. Murah tapi bukan murahan. Ia mampu melepas dahaga dalam mengikuti berbagai program literasi dalam jaringan. Pengalaman pertama, mengikuti kelas literasi dengan jumlah rupiah yang lumayan aduhai. Menemukannya di media sosial facebook. Mencatut salah seorang dai terkemuka dari wilayah Yogyakarta, program literasi ini dijalankan. Isinya bagi-bagi buku elektronik dan rekaman video sang tokoh tentang dunia tulis menulis. Langkah pertama memang begitu meyakinkan, namun hasil akhir ternyata masuk perangkap PHP. Betapa tidak dikatakan PHP, sejumlah uang yang disetorkan ternyata tidak memberikan umpan balik dan tindak lanjut pasca program. Tulisan para anggota yang tergabung dalam program ini hanya dimuat dalam sebuah laman milik mereka dan itupun tidak terkelola dengan baik. Tak akan ditulis banyak lagi kekecewaan tentangnya agar hal itu tidak membuka kembali kenangan yang tak mengenakkan.

Kembali ke 30 DWC yang diikuti, sungguh lumayan menguras perhatian. Selain setoran tulisan yang harus ditunaikan tiap hari, ia pun diawali dengan deklarasi. Unik, menarik, dan asik. Mengikutinya punya cerita dan tantangan tersendiri. Apalagi saat tugas dari berbagai sisi sama-sama membutuhkan prioritas perhatian, di situ tantangan ini membuat ciut nyali. Melunasi tantangan setiap hari kadang di jam akhir tenggat waktu. Itu pun dilakukan dengan mata yang setengah merem setengah melek. Menahan kantuk luar biasa merupakan bumbu menyelesaikan tantangan ini. Setumpuk tugas sekolah dan organisasi menyisihkan tekad untuk bisa tampil sampai final di ajang ini. Pernah merasa menyerah dan ingin mundur dari arena namun sang guardian tak bosan menyemangati. Ia bagai nahkoda kapal yang sigap menjalankan penuh perannya kala awak kapal mulai oleng dalam menentukan arah. Ia begitu fight, pantas saja para pengikut program ini diberi julukan fighters. Semangat yang terus disuntikkan oleh guardian berhasil meluluhlantakkan ketidakberdayaan yang dirasa saat itu. Sesuai deklarasi yang dibuat di awal, komitmen menjalani tantangan ini harus dihadapi. Akhirnya, bergeraklah dalam keterbatasan yang ada. Terbatas ilmu, pikiran, tenaga, waktu, dan kekuatan.

Namum malam ini, malam terakhir bagi kita. Menukil syair lagu dangdut, saudara. Malam perjumpaan akhir dalam program literasi dalam jaringan ini. Tak terasa 30 hari terlewati sudah. Di tengah rintangan dan hambatan menjalankannya banyak suka yang didapat. Satu squad, terasa seperti saudara bahkan dengan squad yang lain dalam satu empire. Saling sapa, menyemangati, mendoakan dilakukan para fighter dalam empire. Apalagi ketika tiba waktu memberikan umpan balik, sangat terasa rasa persaudaraan ini ada. Pengalaman ini baru ditemukan di sini di 30 DWC yang konon sudah mencapai jilid ke-20. Tak sia-saia rasanya mengikuti dan mengenal para fighter dan mentor super ramah, menyenangkan, dan menginspirasi. Hal yang paling parah, sepertinya akan ketagihan untuk mengikuti 30 DWC ini lagi. Awal mengikuti iseng, dengan tujuan sebagai ajang penyegaran, ternyata tak boleh hanya sebatas itu. 30 DWC harus menjadi ajang menempa kemampuan menulis. Tidak hanya sekedar menulis namun harus bisa menemukan ciri khas pribadi penulis. Selebihnya dari itu di sana terdapat proses penggalian potensi dari setiap fighter. Ini sangat membantu dan ia tak main-main dengan komitmen yang ia jajakan dan jalankan. Semoga bisa bergabung lagi di 30 DWC selanjutmya. Jangan lelah berkarya bagi seluruh fughter, selamat dan sampai jumpa di tantangan berikutnya. Salam literasi.


#30DWC
#30DWCjilid20day30
#30DWCjilid20squad1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar