Penerbangan kali ini tepat. Pesawat yang membawa kami
beranjak dari bumi Sriwijaya menuju ke Pulau Jawa tidak melakukan penundaan. Datang,
boarding pass, take off, alhamdulillah semua Allah lancarkan. Santai,
bisa shalat Maghrib Isya jamak qashar dengan tenang. Tidak seperti tempo hari
di Cengkareng, semua seperti terburu-buru, padahal hari masih siang. Mulai dari
perpindahan gate penerbangan yang beralih tanpa diumumkan melalui meja
informasi, sampai pada penundaan jam terbang selama lebih kurang satu jam.
Memang, hidup itu tidak boleh diintervensi oleh banyak
pikiran. Apalagi dicampur dengan pikiran buruk dan prasangka negatif. Kewajiban
manusia hanya menjalani hidup apa adanya dengan berserah diri sepenuhnya pada
Sang Maha Menentukan. Sempat muncul di pikiran, kepulangan dari Palembang
membuat was-was. Penerbangan malam memberi kesan yang berbeda daripada
penerbangan di siang hari. Padahal ketentuan Allah tidaklah memandang masa dan
tempat. Jika Dia berkehendak maka cukuplah dengan kun fayakun. Berkali diri
ini diingatkanNya untuk tidak mendahului takdir dengan pikiran pribadi. Namun hal
itu selalu lupa, sampai banyak peristiwa terjadi dan baru teringat lagi.
Kapal pun tinggal landas. Tak ada yang bisa dilihat kecuali
kerlap-kerlip lampu nan jauh di atas bumi. Kecil, kecil sekali, sekecil hati
ini memandang hamparan gelap awan di balik jendela. Ingat Maha KuasaNya
menggerakkan sesuatu dan menitahkannya. Betapa kerdil diri ini dihadapkan pada
gulita semesta. Tak ada dan tak ada upaya,
hanya rida dan magfirahNya-lah yang diharap dan diminta.
Mendarat di Cengkareng pada pukul 20.30-an WIB. Keluar dari
terminal 2F pukul 22.00 WIB menuju Bandung menggunakan bis. Dingin Bandung
langsung menyambut. Setengah sadar mengeluarkan isi perut bagasi dan menghitung
tentengan yang beranak dari sesi keberangkatan. Rasa lapar pun menghampiri. Seporsi
nasi goreng segera memenuhi rongga perut menghangatkan suhu dingin yang
tercecap dari luar tubuh.
Perjalanan masih panjang. Sekira jam 06.00 WIB akan tiba di
rumah. Kami tinggalkan Bandung bersama suhu menggigil yang mencolek pori-pori
tubuh. Lengang jalanan mengantarkan subuh di tepat waktu. Garut tempat singgah
menunaikan dua rakaat itu sama dingin dengan Bandung, bahkan bisa lebih. Namun dingin
yang berbeda membuat tanggapan tubuh juga berbeda. Berbasuh muka agar mata
tetap bisa terjaga. Jangan sampai terlelap karena tugas di sekolah menuggu penetapan
janji.
Pukul tujuh ini, harus ditepati. Upacara bendera pun
mengawali hari. Mata yang berat oleh kelopak berusaha untuk siaga di satu hari
ini. Badan yang belum terbaring selama 12 jam harus tetap berdiri tegak mengawal
janji. Hari ini, pasca peringatan hari Pahlawan, berjuang untuk menepati janji,
walau raga menuntut tuk lenyapkan lelah. Belajar dari semua hal, bahwa
berkorban tak hanya harus nyawa dan harta, berkorban untuk menunda kesenangan
pun merupakan adegan dari sebuah episode perjuangan.
#30dwc
#30dwcjilid20day26
#30dwcjilid20squad1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar