Selasa, 12 November 2019

Sebuah Episode Berjuang


Penerbangan kali ini tepat. Pesawat yang membawa kami beranjak dari bumi Sriwijaya menuju ke Pulau Jawa tidak melakukan penundaan. Datang, boarding pass, take off, alhamdulillah semua Allah lancarkan. Santai, bisa shalat Maghrib Isya jamak qashar dengan tenang. Tidak seperti tempo hari di Cengkareng, semua seperti terburu-buru, padahal hari masih siang. Mulai dari perpindahan gate penerbangan yang beralih tanpa diumumkan melalui meja informasi, sampai pada penundaan jam terbang selama lebih kurang satu jam.

Memang, hidup itu tidak boleh diintervensi oleh banyak pikiran. Apalagi dicampur dengan pikiran buruk dan prasangka negatif. Kewajiban manusia hanya menjalani hidup apa adanya dengan berserah diri sepenuhnya pada Sang Maha Menentukan. Sempat muncul di pikiran, kepulangan dari Palembang membuat was-was. Penerbangan malam memberi kesan yang berbeda daripada penerbangan di siang hari. Padahal ketentuan Allah tidaklah memandang masa dan tempat. Jika Dia berkehendak maka cukuplah dengan kun fayakun. Berkali diri ini diingatkanNya untuk tidak mendahului takdir dengan pikiran pribadi. Namun hal itu selalu lupa, sampai banyak peristiwa terjadi dan baru teringat lagi.

Kapal pun tinggal landas. Tak ada yang bisa dilihat kecuali kerlap-kerlip lampu nan jauh di atas bumi. Kecil, kecil sekali, sekecil hati ini memandang hamparan gelap awan di balik jendela. Ingat Maha KuasaNya menggerakkan sesuatu dan menitahkannya. Betapa kerdil diri ini dihadapkan pada gulita  semesta. Tak ada dan tak ada upaya, hanya rida dan magfirahNya-lah yang diharap dan diminta.
Mendarat di Cengkareng pada pukul 20.30-an WIB. Keluar dari terminal 2F pukul 22.00 WIB menuju Bandung menggunakan bis. Dingin Bandung langsung menyambut. Setengah sadar mengeluarkan isi perut bagasi dan menghitung tentengan yang beranak dari sesi keberangkatan. Rasa lapar pun menghampiri. Seporsi nasi goreng segera memenuhi rongga perut menghangatkan suhu dingin yang tercecap dari luar tubuh. 

Perjalanan masih panjang. Sekira jam 06.00 WIB akan tiba di rumah. Kami tinggalkan Bandung bersama suhu menggigil yang mencolek pori-pori tubuh. Lengang jalanan mengantarkan subuh di tepat waktu. Garut tempat singgah menunaikan dua rakaat itu sama dingin dengan Bandung, bahkan bisa lebih. Namun dingin yang berbeda membuat tanggapan tubuh juga berbeda. Berbasuh muka agar mata tetap bisa terjaga. Jangan sampai terlelap karena tugas di sekolah menuggu penetapan janji.
Pukul tujuh ini, harus ditepati. Upacara bendera pun mengawali hari. Mata yang berat oleh kelopak berusaha untuk siaga di satu hari ini. Badan yang belum terbaring selama 12 jam harus tetap berdiri tegak mengawal janji. Hari ini, pasca peringatan hari Pahlawan, berjuang untuk menepati janji, walau raga menuntut tuk lenyapkan lelah. Belajar dari semua hal, bahwa berkorban tak hanya harus nyawa dan harta, berkorban untuk menunda kesenangan pun merupakan adegan dari sebuah episode perjuangan.

#30dwc
#30dwcjilid20day26
#30dwcjilid20squad1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar