Masih kupandangi layar monitor di hadapanku.
“Duh laporan ini belum selesai juga…” ada rasa bimbang
menyelinap di balik hati malam ini.
Namun tetap ingat, apa yang kutulis kemarin malam mengenai
tugasku ini. Semua tugas akan menemukan caranya untuk selesai. Untuk yang
selalu kupegang.
“Tapi mengapa ini semua keluar dari tenggat waktu yang telah
ditentukan, padahal Rabu dinihari semua harus sudah clear…” ah, bilik hati yang
lain turut berbicara.
Tak putus asa, laporan yang ada memang masih perlu perbaikan
agar ia sempurna.
“Nah, ini kadang yang selalu menjadi kendala setiap harus
menyelesaikan tugas. Semuanya harus sempurna, padahal taka da yang sempurna di
atas muka bumi ini”. Itulah sahutan hati yang lain.
Membuat sesuatu sesempurna memang menjadi penyakit yang
terus menjagkit. Sudah berkali-berkali orang di sekitar berbicara untuk
menurunkan standar agar tidak terobsesi semua harus perfect dilakukan.
“Jadinya cape sendiri. Angan di mana, kemampuan seperti apa”.
Begitu mamaku berkata. Tidak usah sempurna, kerjakan saja semampunya. Memang,
pasti ini akan kukerjakan apa adanya. Apalagi waktu sudah sangat tidak
memungkinkan untuk memoles laporan ini untuk menjadi seperti yang diinginkan.
Bayangan semula laporan ini tidak akan terlalu tebal seperti
tahun sebelumnya. Cukup tipis saja, singkat, padat, dan jelas harus memikat, he…
Lalu berangan laporan ini akan indah dengan pengaturan yang cantik. Beberapa asessoris
tambahan dibubuhkan di sana sini. Berangan ia akan menjadi sebuah laporan terindah
yang disajikan di event mendatang ini. Namun apa mau dikata ketika kondisi
seperti ini.
Harus menerima apa adanya, dan puas dengan yang bisa dicapai
saat ini. Sudah bukan waktunya memikirkan bagaimana memoles tampilan leporan
ini cantik. Yang terpenting adalah isi laporan yang akurat dan valid. Komponen laporan
yang lengkap, dan informasi laporan bisa menjadi kekayaan dan khazanah data
organisasi. Sudah waktunya konsen dengan konten dan meninggalkan sesuatu yang
tersier. Yang primer adalah isi laporan, sedangkan polesan tampilan hanya
sebagai pemanis saja. Focus di tujuan akan lebih memudahkan penyelesaian,
daripada harus berkutat dengan hal yang tak esensial yang membuat suasan justru
tidak menemukan ujungnya. Tak ada yang sempurna, lakukan sesuatu menurut
esensinya. Jika ada waktu mempercantik tampilan boleh dilakukan, jika tidak
tinggalkan. “Baiklah, begitu saja ya… dan focus ke esensi…”. Simpulan akhir
diberikan bilik hatiku yang alin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar