Jumat, 15 November 2019

Senandika Janji




Siang ini mentari kembali terselimuti awan. Cerah pagi bergeser menemui kelabu. Tampaknya buliran air akan segera menyembul dari awan. Ia akan meluncur terjun bebas menembus cakrawala. Tetesan tirtanya akan mendentingkan lagu yang selalu mengundang rindu. Rindu akan segarnya bening yang mengalir. Rindu pada buaian hangat hawa saat hujan menyapa. Rindu yang menyemai bulir-bulir kenangan seiring riak yang menyapa tanah.

Lalu lalang kendaraan yang hilir mudik di depan kedai sebuah mie baso tampak sejenak lengang. Menepi rupanya mereka, menghindari guyuran yang akan menjerambapkan mereka pada kuyup. Menepi di sini, bukan hanya sekedar menghindari basah. Janji seorang teman semalam yang menyebabkan bertahan di kedai ini.
“Sambil menunggu hujan reda.” Begitulah batin berbisik.

Setelah salat zuhur yang telah terlewat dari waktunya, teman yang dimaksud tengah menghadapi daftar menu yang tergeletak di atas meja. Bola matanya bergulir ke kanan ke kiri, mencari celah makanan dan minuman yang pas untuk mengisi perut dan melegakan tenggorokan siang itu. Kami memang semalam berjanji untuk bertemu sekedar bercerita hangat tentang anak-anak. Sebuah janji sederhana namun penuh makna di tengah guyuran hujan yang belum juga berhenti.

Semangkuk mie baso pun tandas. Tinggal segelas lemon tea panas yang menunggu giliran untuk dieksekusi. Perbincangan kami pun mengalir seiring derai hujan yang mulai merintik-rintik. Hangat mulai suasana. Seruput air teh berasa asam ini meneduhkan isi batin dan benak. Janji ini memang janji yang tertunda karena berbagai hal. Walau hanya sekedar tawaran sederhana, dan bincang sahaja, namun janji tetaplah janji. Ia bagaikan utang yang harus lunas terbayar.

Kesahajaan dalam menepati janji merupakan hal remeh yang kadang tak imbang dengan tanggapannya. Janji pukul 8, ditepati pukul 9. Berjanji untuk bertandang, dibatalkan karena hal yang tak jelas. Janji menerima titipan malah abai menjaga. Berucap janji memang ringan, namun memenuhinya tak seringan yang terlintas di angan. Janji merupakan komitmen yang memerlukan keteguhan hati dan tekad kuat melaksanakannya. Tidak hanya kontrak dengan sesama, namun ia mengikat keterikatan dengan Sang Khalik. Karena apa yang terucap, pasti akan dicatat. Segala yang terlontar, akan dipertanggungjawabkan. Dimintai kejelasan, dituntut penjelasan, tidak di dunia, pasti di akhirat.

Melihat status WAmu setiba di rumah, barulah dipahami. Dalam janji ada makna yang berarti. Menepati janji mengandung suatu kehormatan. Berpeganglah pada janji agar selamat di hari nanti. Jaga dengan baik komitmen agar hisab kelak semakin ringan. Teguhkan hati selalu untuk senantiasa dituntun untuk bisa memegang amanah. Berjanjilah dengan hal yang wajar agar tak berat menunaikannya. Tepati janji karena ia utang yang harus terlunasi. Tunaikan janji karena ia akan mencerahkan hati.

*)E*a, mohon ijin statusmu dipajang di sini


#30dwc
#30dwcjilid20day29
#30dwcjilid20squad1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar