Siang ini mentari kembali terselimuti awan. Cerah pagi bergeser menemui kelabu. Tampaknya buliran air akan segera menyembul dari awan. Ia akan meluncur terjun bebas menembus cakrawala. Tetesan tirtanya akan mendentingkan lagu yang selalu mengundang rindu. Rindu akan segarnya bening yang mengalir. Rindu pada buaian hangat hawa saat hujan menyapa. Rindu yang menyemai bulir-bulir kenangan seiring riak yang menyapa tanah.
Lalu lalang kendaraan yang hilir mudik di depan kedai sebuah mie baso
tampak sejenak lengang. Menepi rupanya mereka, menghindari guyuran yang akan
menjerambapkan mereka pada kuyup. Menepi di sini, bukan hanya sekedar menghindari
basah. Janji seorang teman semalam yang menyebabkan bertahan di kedai ini.
“Sambil menunggu hujan reda.” Begitulah batin berbisik.
Setelah salat zuhur yang telah terlewat dari waktunya, teman yang dimaksud
tengah menghadapi daftar menu yang tergeletak di atas meja. Bola matanya
bergulir ke kanan ke kiri, mencari celah makanan dan minuman yang pas untuk
mengisi perut dan melegakan tenggorokan siang itu. Kami memang semalam berjanji
untuk bertemu sekedar bercerita hangat tentang anak-anak. Sebuah janji
sederhana namun penuh makna di tengah guyuran hujan yang belum juga berhenti.
Semangkuk mie baso pun tandas. Tinggal segelas lemon tea panas yang
menunggu giliran untuk dieksekusi. Perbincangan kami pun mengalir seiring derai
hujan yang mulai merintik-rintik. Hangat mulai suasana. Seruput air teh berasa
asam ini meneduhkan isi batin dan benak. Janji ini memang janji yang tertunda
karena berbagai hal. Walau hanya sekedar tawaran sederhana, dan bincang sahaja,
namun janji tetaplah janji. Ia bagaikan utang yang harus lunas terbayar.
Kesahajaan dalam menepati janji merupakan hal remeh yang kadang tak imbang
dengan tanggapannya. Janji pukul 8, ditepati pukul 9. Berjanji untuk
bertandang, dibatalkan karena hal yang tak jelas. Janji menerima titipan malah
abai menjaga. Berucap janji memang ringan, namun memenuhinya tak seringan yang
terlintas di angan. Janji merupakan komitmen yang memerlukan keteguhan hati dan
tekad kuat melaksanakannya. Tidak hanya kontrak dengan sesama, namun ia
mengikat keterikatan dengan Sang Khalik. Karena apa yang terucap, pasti akan
dicatat. Segala yang terlontar, akan dipertanggungjawabkan. Dimintai kejelasan,
dituntut penjelasan, tidak di dunia, pasti di akhirat.
Melihat status WAmu setiba di rumah, barulah dipahami. Dalam janji ada makna yang berarti. Menepati janji mengandung suatu kehormatan. Berpeganglah pada janji agar selamat di hari nanti. Jaga dengan baik
komitmen agar hisab kelak semakin ringan. Teguhkan hati selalu untuk senantiasa
dituntun untuk bisa memegang amanah. Berjanjilah dengan hal yang wajar agar tak
berat menunaikannya. Tepati janji karena ia utang yang harus terlunasi. Tunaikan
janji karena ia akan mencerahkan hati.
*)E*a, mohon ijin statusmu dipajang di sini
*)E*a, mohon ijin statusmu dipajang di sini
#30dwc
#30dwcjilid20day29
#30dwcjilid20squad1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar