Semua
orang pasti menginginkan hal yang baik-baik saja yang mampir dalam setiap
episode kehidupan. Namun, bukanlah namanya kehidupan jika di sana tak da ujian.
Rintangan, hambatan, tantangan, semua bentuk ujian tersebut jika bisa janganlah
mampir. Tapi kenyataan tidak seperti itu. Sudah menjadi suratan hidup bila
ujian akan selalu hadir di sela-sela kehidupan yang dijalani setiap orang.
Kemunculan
ujian bisa datang dari dua sisi. Ada hal yang memang sudah diprediksi dari
awal, ada juga ia datang tiba-tiba. Ujian yang bisa diprediksi dari awal tentu
tidak akan terlalu mengagetkan jika ia datang. Lain hal jika ujian tersebut
datang tiba-tiba dan tak pernah terprediksi sama sekali dari awal.
Kala
semua rencana telah tersusun rapi. Setiap tahap sebagai syarat untuk melaluinya
telah dilakukan semaksimal mungkin. Ketentuan yang harus dijalani pun telah
dipersiapkan optimal. Tetiba ada hal yang tak terduga terjadi begitu saja,
tentu akan membuat nyali dan setiap orang sedikit terguncang. Betapa tidak,
kala sebuah rancangan telah dibangun rapi di dalam benak, lalu tetiba ambyar
begitu saja karena lain hal, tentu ada rasa yang sontak menyentak sanubari. Berbagai
nuansa akan hadir antara kecewa, marah, dan sedih yang mendalam.
Berkali
mungkin peristiwa itu bisa terjadi di kehidupan. Dan berkali pula penawarnya
harus dikeluarkan. Setiap kemungkinan yang bisa dilalui untuk membangun ulang
rencana pasti terus diupayakan. Namun jika setiap upaya alternatif sudah tidak
bisa lagi dicari, saat itu, bisa jadi hanya
air mata satu-satunya yang bisa memahami. Tak ada hal yang bisa dilakukan selain
menguatkan hati. Kembali mengembalikan ingatan pada tahap awal berharap. Mulai dari
menyusun agenda, menapaki setiap anak tangga proses, menyiapkan segala hal yang
menjadi syarat dan prasayarat, manjalani setiap jenjang dengan hati-hati,
ketika akhirnya luluh tanpa sangka, kembali ke hati untuk memaknai sebuah
perjalanan hidup.
Tak ada
yang menginginkan kegagalan, namun ia merupakan lawan dan juga kawan dalam
menempa kehidupan. Hati yang membisikkan pesan hidup di nadi, haruslah
dijadikan kawan pertama berbincang. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat
ditolak, namun hati harus menjadi termianal akhir bisikan baik di setiap
keadaan. Berdialog dengan hati, langkah awal menghadapi hal seperti ini. Ajak agar
ia tetap kuat dalam menerima dan menghadapi hal yang tak terduga. Menguatkan hati
sangat perlu dilakukan agar seluruh sel hidup di raga pun turut menjadi
penopang kuat kisah hati yang menegarkan diri. Ingatkan hati bahwa segala yang
terjadi tentu akan membuahkan hikmah yang bisa dipetik. Kembalikan ia pada hal
bahwa segala yang terjadi tentu sudah ada garisan ketetapan dari Sang Maha
Kuasa. Terakhir, kuatkan ia agar selalu berprasangka baik terhadap hal buruk
apapun yang menimpa.
Ratapan
doa akan menjadi teman akhir dalam menguatkan hati, karena segala sesuatu akan
bermula dan bermuara kembali ke hati. Setelah menguatkan dan membuatnya tegar,
tinggal tunggu keajaiban jawaban doa-doa yang terpanjat setelah itu. Lalu jalani
kehidupan seperti sedia kala. Tapaki kembali puing kegagalan yang terserak. Kumpulkan
dan rangkai kembali dengan harapan ada sebuah isyarat yang bisa dijalani. Bersama
hati setiap orang akan kembali, dan hati nan tenang dan kuat yang akan
memenangkan setiap perjalanan.
#30DWCDay8
#30DWCJilid21
#30DWCJilid21Squad6
#Pejuang30DWC
#akarmenulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar