Rabu, 11 Desember 2019

Sederhana Namun Luar Biasa



Penat dari keseharian melaksanakan kepanitiaan Penilaian Akhir Semester, muncul inisiatif melangkahkan kaki ke kedai baso terdekat. Dari beberapa kedai baso yang ada sepanjang jalan menuju ke rumah, sepakatlah memilih kedai baso yang belum pernah disinggahi. Dari sekian banyak teman yang hadir, hanya bertiga yang bisa meluangkan waktu untuk menyantap kuliner tersebut siang ini.

Setelah memesan menu baso yang diinginkan, memilih tempat duduk pun dimulai. Pandangan pun mengitari isi ruangan kedai tersebut. Rencana dari awal memang ingin memilih untuk duduk lesehan. Setelah puas menyapu isi ruangan, akhirnya ditemukanlah titik ternyaman untuk duduk saat itu. Sebuah spot yang terletak agak ke dalam dari tempat duduk yang lain. Walau letaknya lebih dalam, namun suasananya tak seperti disangkakan. Duduk lesehan di depan sebuah kolam ikan hias menjadi pilihan kala itu.

Sepekan bergulat dengan nomor-nomor dan kertas. Berikut soal-soal serta pembagian tugas yang lain, membuat isi di kepala ini seperti berdesak-desakan. Hampir saja keluar teriakan saat tiba waktu pelaksanaan usai. Beban di kepala serasa terkurangi dan ingin meluapkannya dengan kesenangan yang memuaskan mata, pikiran, dan pengecap.

Tak lama baso dan secangkir es krim cincau pun tiba. Sambil becanda tawa berbagi cerita kami santap menu pesanan kami dengan tangkas. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan semuanya. Namun kaki ini enggan beranjak. Ada pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Saat seorang kawan mengajak beranjak untuk pulang, mata ini malah terpaku menatap gemericik air kolam. Suaranya begitu indah sangat itu. Setiap gemericiknya benar-benar dihayati. Setiap kucuran air yang jatuh di kolam seakan memiliki saya magis untuk menahan kaki melangkah, indah, sungguh indah. Saat itu baru sadar nikmat pendengaran karunia Tuhan yang kadang lalai untuk disyukuri. Sesaat sejenak terpaku, hingga teman tak berani lagi menganggu keasikan kala itu. 

Mata ini kemudian semakin liar. Kali ini sasarannya adalah pada ikan-ikan koi yang meliuk-liuk lincah berenang di kolam. Warnanya yang kuning cerah menyegarkan tatapan yang tadi seakan runyam. Keindahan Yang Maha Kuasa untuk kesekian kalinya. Tampak mulut ikan mengejar panganan yang kadang dilemparkan sengaja oleh para pengunjung kedai. Berebut, mulutnya menyembul di permukaan. Makanan yang hanya seruas jari jadi rebutan beberapa ikan yang ukurannya vukup besar. Ikan yang berbadan lebih kecil tampak sadar mengundurkan diri. Terpikir mungkin jika mereka si kecil itu tak mampu bersaing dengan si besar. Tak sadar, sesungging senyum lewat di lekukan wajah ini. Kelucuan, keajaiban, kepesonaan yang sangat sederhana namun menyegarkan pikiran dan jiwa.

Teman tadi sempat menoleh raut wajah ini. Nampak kemudian ia pun ikut larut dalam buaian bunyi lembut air kolam dan liukan ikan koi. Sungguh nikmat luar biasa. Sesaat namun bermakna. Sambil berselonjoran kaki menikmati suasan murah penuh arti. Masih terasa buaian pendengaran yang sehat menikmati gemericik air kolam. Serasa luar biasa karunia penglihatan yang sehat menyaksikan keindahan mahluk Tuhan yang berenang di kolam, luar biasa. Sejenak pikiran pun melayang, nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kau dustakan? Pendengaran, penglihatan, pengecap yang sehat luar biasa anugerah tiada terkira.

Jarum jam pun menunjukkan lewat dari pukul 14.00, saatnya memutuskan untuk berbagi giliran duduk dengan yang lain. Ajakan teman saat itu tertunaikan. Masih terngiang dalam benak, nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kau dustakan. Tak terasa haru hangat pun mengiringi terik panas siang itu. Betapa air kolam dan ikan tadi memberikan makna sejuk sehingga rasa di dada ini mampu membuncah. Sekian banyak nikmatMu Tuhan sering luput untuk disyukuri. Hamba hanya meminta, jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang pandai bersyukur.

#30DWCday1
#30DWCjilid21
#30DWCsquad6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar