Penat dari keseharian melaksanakan kepanitiaan Penilaian Akhir Semester, muncul inisiatif melangkahkan kaki ke kedai baso terdekat. Dari beberapa kedai baso yang ada sepanjang jalan menuju ke rumah, sepakatlah memilih kedai baso yang belum pernah disinggahi. Dari sekian banyak teman yang hadir, hanya bertiga yang bisa meluangkan waktu untuk menyantap kuliner tersebut siang ini.
Setelah memesan menu baso yang diinginkan, memilih tempat duduk pun
dimulai. Pandangan pun mengitari isi ruangan kedai tersebut. Rencana dari awal
memang ingin memilih untuk duduk lesehan. Setelah puas menyapu isi ruangan,
akhirnya ditemukanlah titik ternyaman untuk duduk saat itu. Sebuah spot
yang terletak agak ke dalam dari tempat duduk yang lain. Walau letaknya lebih
dalam, namun suasananya tak seperti disangkakan. Duduk lesehan di depan sebuah
kolam ikan hias menjadi pilihan kala itu.
Sepekan bergulat dengan nomor-nomor dan kertas. Berikut soal-soal
serta pembagian tugas yang lain, membuat isi di kepala ini seperti
berdesak-desakan. Hampir saja keluar teriakan saat tiba waktu pelaksanaan usai.
Beban di kepala serasa terkurangi dan ingin meluapkannya dengan kesenangan yang
memuaskan mata, pikiran, dan pengecap.
Tak lama baso dan secangkir es krim cincau pun tiba. Sambil becanda
tawa berbagi cerita kami santap menu pesanan kami dengan tangkas. Tak butuh
waktu lama untuk menghabiskan semuanya. Namun kaki ini enggan beranjak. Ada pemandangan
yang sangat sayang untuk dilewatkan. Saat seorang kawan mengajak beranjak untuk
pulang, mata ini malah terpaku menatap gemericik air kolam. Suaranya begitu
indah sangat itu. Setiap gemericiknya benar-benar dihayati. Setiap kucuran air
yang jatuh di kolam seakan memiliki saya magis untuk menahan kaki melangkah,
indah, sungguh indah. Saat itu baru sadar nikmat pendengaran karunia Tuhan yang
kadang lalai untuk disyukuri. Sesaat sejenak terpaku, hingga teman tak berani
lagi menganggu keasikan kala itu.
Mata ini kemudian semakin liar. Kali ini sasarannya adalah pada
ikan-ikan koi yang meliuk-liuk lincah berenang di kolam. Warnanya yang kuning
cerah menyegarkan tatapan yang tadi seakan runyam. Keindahan Yang Maha Kuasa
untuk kesekian kalinya. Tampak mulut ikan mengejar panganan yang kadang
dilemparkan sengaja oleh para pengunjung kedai. Berebut, mulutnya menyembul di
permukaan. Makanan yang hanya seruas jari jadi rebutan beberapa ikan yang
ukurannya vukup besar. Ikan yang berbadan lebih kecil tampak sadar mengundurkan
diri. Terpikir mungkin jika mereka si kecil itu tak mampu bersaing dengan si
besar. Tak sadar, sesungging senyum lewat di lekukan wajah ini. Kelucuan,
keajaiban, kepesonaan yang sangat sederhana namun menyegarkan pikiran dan jiwa.
Teman tadi sempat menoleh raut wajah ini. Nampak kemudian ia pun
ikut larut dalam buaian bunyi lembut air kolam dan liukan ikan koi. Sungguh nikmat
luar biasa. Sesaat namun bermakna. Sambil berselonjoran kaki menikmati suasan
murah penuh arti. Masih terasa buaian pendengaran yang sehat menikmati
gemericik air kolam. Serasa luar biasa karunia penglihatan yang sehat
menyaksikan keindahan mahluk Tuhan yang berenang di kolam, luar biasa. Sejenak pikiran
pun melayang, nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kau dustakan? Pendengaran,
penglihatan, pengecap yang sehat luar biasa anugerah tiada terkira.
Jarum jam pun menunjukkan lewat dari pukul 14.00, saatnya
memutuskan untuk berbagi giliran duduk dengan yang lain. Ajakan teman saat itu
tertunaikan. Masih terngiang dalam benak, nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan
kau dustakan. Tak terasa haru hangat pun mengiringi terik panas siang itu. Betapa
air kolam dan ikan tadi memberikan makna sejuk sehingga rasa di dada ini mampu
membuncah. Sekian banyak nikmatMu Tuhan sering luput untuk disyukuri. Hamba hanya
meminta, jadikanlah hamba termasuk orang-orang yang pandai bersyukur.
#30DWCday1
#30DWCjilid21
#30DWCsquad6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar